Dengan suara berat beliau berkata,
"Seumur hidup golput, sekarang saya sudah punya pilihan...... "
Tentunya kata2 beliau kebalikan dari kalimat saya di atas. Hoho.
Salahkah? Salahkah golput? Ah, pertanyaan ini sepertinya sudah terlalu sering dilontarkan oleh banyak orang. Tapi saya cuma pengen meyakinkan (setidaknya pada diri sendiri) bahwa memilih golput itu belum tentu salah, apalagi dosa.
Semenjak 3 pasang capres telah diketok palu, saya langsung secara sementara mengambil keputusan untuk tidak berpartisipasi dalam pilpres kali ini. Bukan tanpa alasan pastinya. Tapi maleslah untuk dijabarin di sini apa aja alasan2 saya hingga nggak satu pasangan capres pun mampu membuat saya rela ngotorin jari kelingking kanan saya dengan tinta pada tgl 8 Juli 2009.
Dan kenapa keputusan tidak mencontreng itu masih sementara? Karena saya masih membuka kesempatan bagi ketiga pasangan untuk menggugah hati saya hingga hari H tiba. Melalui iklan2 mereka, melalui program2 yang mereka jabarkan di forum2 debat di TV, melalui siaran berita, melalui pandangan orang2 di sekitar saya... Saya membuka mata dan telinga selebar2nya, menanti penuh harap agar sebisa mungkin saya tidak mengambil pilihan golput.
Memang pada akhirnya saya bimbang di antara 2 pilihan (yg satunya lagi memang tidak pernah masuk hitungan pertimbangan). Masing2 punya nilai plus yg sangat berarti di mata saya, tapi di saat yg bersamaan masing2 juga punya 'cacat' yang nggak bisa saya tolerir. Iya sih, siapa juga yg sempurna....? Tapi tergantung kadar 'cacat'nya juga. Ada yg mungkin masih bisa saya maklumi, tapi ada juga 'cacat' yang kalo dimaklumi...bakalan konyol!
Dan hingga mencapai malam sebelum Pilpres, saya dengan berat hati memutuskan berdoa saja untuk hasil Pemilu kali ini, tanpa saya ikut ambil bagian di dalamnya.
Ini kali pertama saya golput dalam seumur hidup. Tapi kali ini saya memang benar2 merasa tidak punya pilihan.
"Ayo dong milih. Kok gitu, sih? Kalo bisa jangan golput, pilihlah yang terbaik dari yg ada..." rayu ibu saya lewat telpon pada hari H.
"Kalo nggak ada yang terbaik di mata saya?"
"Ya pilihlah yang paling mendingan..."
"Kalo nggak ada yang terbaik di mata saya?"
"Ya pilihlah yang paling mendingan..."
Yang paling mendingan? Duh, rasanya kok nggak sesederhana itu ya?
"Golput itu nggak bertanggungjawab lho... Ini untuk 5 tahun ke depan."
Justru itu bundaku. Jika di mata dan hati saya tidak ada yang berhasil membuat saya memilih secara utuh, apakah saya sanggup menghadapi pilihan saya sendiri 5 tahun ke depan? Pilihan yang saya sudah tau 'cacat'nya tapi tetap saya paksakan? Lalu 'kecacatan' itu kemudian terjadi lagi seperti sebelumnya, mau ditaruh di mana rasa bersalah saya? Apa ada yang menanggung rasa bersalah ini nantinya?
Apa pengertian bertanggungjawab itu sebenarnya dalam konteks warga negara dan Pilpres, ya? Memilih? Memilih siapapun? Meskipun sekedar cap cip cup? Asal memilih pasti sudah bertanggungjawab? Yang tidak memilih sama dengan tidak bertanggungjawab? Apapun alasannya? Meskipun dia sudah berusaha keras untuk tidak golput, dan bukan karena dia masa bodo?
"Mi, tidak memilih itu juga hak saya lho..."
"Bukannya seperti kata kamu, 'kalo semua orang berpikiran seperti itu apa jadinya?' "
"Bukannya seperti kata kamu, 'kalo semua orang berpikiran seperti itu apa jadinya?' "
Ibu saya mengutip kalimat saya sendiri yang selalu saya dengungkan tiap kali saya membahas soal buang sampah pada tempatnya, menghemat sumber daya alam, tidak gampang2 membuang sampah plastik dan styrofoam, dan semua yang berkenaan dengan isu pemanasan global. Kalimat yang saya keluarkan tiap kali ada yang membela dirinya dengan kalimat, "Ah saya kan cuma satu orang. Apa sih pengaruhnya kalo saya buang sampah sembarangan?" .
Ini beda, Mi. Merusak bumi tidak ada dalam pilihan hak siapapun. Tidak ada pilihan 'memelihara bumi' atau 'merusak bumi'. Tidak ada.
Tapi dalam politik, sebagai warga negara, saya (dan semua orang) diberi 2 hak: 'memilih' atau 'tidak memilih'. Apapun dasarnya, kita berhak memilih yang manapun di antara dua tadi. Bahkan andai seseorang tidak ingin memilih hanya karena sekedar dia takut item kalo panas2an jalan ke TPS. Sumpah sah2 aja!
Tapi saya kan nggak seperti itu? Alasan saya golput kan nggak sedangkal itu? Dan saya sudah setengah idup berusaha untuk tidak golput.
Sama dengan acara TV yang tidak ada yang saya tonton lagi beberapa tahun belakangan ini. Bukan karena saya memboikot TV. Tapi pilihan acara yang mereka berikan tidak ada yang mampu membuat saya betah mantenginnya. Percayalah, jika saya dikasih pilihan acara yang lumayan berkualitas (lumayan aja dulu deh, nggak muluk2) seperti jaman dulu saat TV2 swasta pertama kali bermunculan, saya pasti nonton!
Jadi kalo saya nggak mau nonton TV saat ini, jangan salahkan saya, salahkanlah pilihan acaranya yang tidak berhasil membuat saya mau menonton.
Jadi kalau saya nggak mau milih di pilpres kali ini, jangan salahkan saya, salahkanlah....... ^^ yah tidak usah menyalahkan siapa2, mending saya berdoa saja semoga lain kali pilihan yang dihadirkan mampu membuat saya yakin untuk kembali memilih.
Saya hanya ingin semua orang sadar, bahwa golput pun adalah pilihan. Dan bahkan (garisbawahi) hak. Maka hargailah pilihan dan hak orang lain. Sebagaimana saya akan tetap menghargai apapun partai dan siapapun pasangan capres yang orang lain pilih, meskipun misalnya partai atau capres yang orang lain pilih sangat bertentangan dengan pemikiran saya.
Bukankah menghargai pilihan orang lain itu juga bagian dari demokrasi?
Soal dosa kalo golput, ah terserah Tuhan aja deh. Beliau yang maha tahu ^^
9 komentar:
itu hak kamyu juga kok :). tapi jangan protes ama pemerintahan yang terpilih ya kalo kenapa2.
xixixixi *peace*
peace juga jeng Quin... :)
tapi saya kurang sependapat tuh. Mendapat pelayanan yg baik dari para pejabat pemerintah adalah hak warga negara sepenuhnya, siapapun dia, bagaimanapun dia.
sekali lagi, tidak memilih itu pun hak. jadi jika saya mengambil hak saya, tidak ada 1 hukuman pun yg berhak ditimpakan pada saya. termasuk 'dihukum' dg cara gak boleh protes jika pemerintahan berjalan tdk benar.
kalo hanya karena ga milih lalu hak2nya utk mendapatkan pelayanan yg semestinya dari pemerintah lantas jadi terkebiri, berarti semua anak di bawah umur, para pasien rumah sakit, para orang gila, para penderita keterbelakangan mental, dll dsb... juga mesti pasrah jika pemerintah semena2 dong?
sdgkan orang yg pilihan capresnya gagal jadi presiden saja berhak utk protes kalo pres yg bukan pilihannya bertindak ga bener, sdgkan orang yg golput krn emang males milih aja berhak protes kalo dia kena pungli saat ngurus KTP misalnya...
apalagi kami... yg terpaksa tidak memilih karena kondisi yg tidak dibuat2, yg tiap detiknya berusaha keras menjalankan tiap kewajiban sebagai warga negara dengan baik. masa kewajiban dijalankan, tapi hak tidak boleh dituntut?
ini yg banyak orang salah mengerti, memilih dianggap hak sekaligus kewajiban. kalo itu kewajiban, maka tiadakanlah golput dari hak warga negara, agar tidak jadi dualisme definisi.
peace lagi nih jeng Quin. sori jawabnya sangat panjang. saya selalu serius dan tidak masa bodo utk hal2 seperti ini :)
hohoho... good. sayah suka orang2 yang punya alasan yang kuat untuk pilihannya :).
berbeda itu biasa kok :).
btw, yang dikau tanya tentang picasa. Hm.. yang sayah maksud adalah image2 support untuk template yang kita pake, bukan yang ada dipostingan. Misalnya image untuk recent comment, blog teman, ikuti?, arsip blog yang ada di template ini.
Kalo image2 yang kita pake di postingan emang disimpen di picasa or somewhere oleh si blogspot.
begituuu :)
btw, kemana ajah bu, kok baru update lagih?
ooo, kalo gitu saya tenang deh, karena emang kebeneran ga pake image apa2 di template. tengkyu ya buat infonyaaa... ^^
iya ni jarang update, lagi (sok) sibuk, hehehehe...
Golput juga pilihan kok ...
ah... kalo kata saya sih tidak memilih emang pilihan juga kok...
kadang saya juga suka mikir, agak percuma buat orang yang ga terlalu ngerti apa apa buat asal milih begitu aja, karna akhirnya justru ga membawa kebaikan apa apa..
tapi sbaliknya nih! kmarena saya pertama kalinya ga golput :D
setubuh am bang kabasaran, kr saya juga golput hii
Ada benernya juga siih tapi kalo rakyatnya enggak percaya sama pemimpinya apa lagi pemimpinnya.. kalo sama-sama tidak saling percaya mau jadi apa bangsa ini?? hehehe..yang terpenting tanam laah percaya diri karena itu ada hukum sebab-akibat
Menurut saya ...
Gol-put adalah suatu pilihan juga ...
hak mereka untuk Golput
Namun ...
Kalau aku ...
mumpung diberi kesempatan memilih ...
ya pergunakan saja ...
Betul kan ya ?
Posting Komentar