23 Agu 2013

Noni kecil



Takbir di kisi senja ke malam
Dengannya semesta mentahbiskan hadirmu,
pualam
Cantikkan malam dengan santun
Engkau lah itu

Yang kemilaunya menggradasi
Yang setelah satu putaran bumi
dari hariku tahun ini

Kala hadiah, anugrah, berkah jadi satu
Setara doa dan air mata rindu
yang mewujud ketika kau ada

Seperti dulu kau dan aku seraga
Sejiwa adalah kini dan nanti 
Seperti lengkung surgawi di senyummu
dan mata yang menampung seluruh nirwana
Seperti gurindam yang mustahil indah
jika bersanding denganmu

Engkau lah itu

Jelita penyempurna Asmara

16 Agu 2013

... S A L I N G ...

..... heheheee.... nyambung cengengesan dari postingan yang kemaren


Brur, waa postingan lo yg kemaren tuh yaaa... hadeuuhh...


Kenape Jeng?


Gimana ya? Eerrr, agak sensitif.


Sensitif gimana?


Ya, jujur sepanjang gue ngebacanya, gue sering kali .... "iya juga yaa?" dalem hati. Tapi tau kenapa, kok gue takut mengiyakan secara resmi gitu loh. 


Secara resmi gimana? Pake gunting pita?


Rasanya seperti berkhianat dengan doktrin yang gue pegang selama ini. Rasanya, kalo gue mengiyakan, berarti gue jadi merendahkan orangtua gue dong?


Bahahahah... jangan dong! Gila apa merendahkan ortu? Kok mikir gitu toh Jeng?

3 Agu 2013

Cinta orangtua itu pamrih


 Gue sering banget bergumam gini saat lagi ngurus si Kochi...
"Allahkuu... Allahku... paling bisa deh." sambil geleng2 kepala  dan remek2 badan Dede dan abis ngenyot2in seluruh badannya dengan gemessshh ga berkesudahan.

Ngurus anak tuh ribet, repot, dan jujur secara logika melelahkan, tapi Kau sempurnakan kami para ortu ini dengan sepaket perangkat. Yaitu rasa jatuh cinta luar biasa tak berujung, rasa sayang yang tak terukur, juga rasa bahagia tak terlisankan, hanya dengan memandang mereka. Subhanallaah...

Rasa deg2an setiap memandang, menyentuh, mencium, dan memeluk mereka itu, sumpah gak bisa disetarakan dengan deg2an bahagia manapun. Lalu dengan itu semua, lelah luruh. Semua stress, menguap entah kemana. Obat apa yang lebih canggih, coba? Hebat bener Allah ini. 

Tanpa dilengkapi dengan paket "rasa" itu, makhluk mana yang mau direpotkan merawat anaknya? Maha hebat ya Allah ya? Bener2 ga habis pikir sama kehebatanMu.

Lantas gue otomatis membandingkan dengan merawat orangtua. Ya, otomatis aja, karena semenjak punya anak baru bisa berpendapat secara fair, karena bisa ngerasain dari 2 sisi sekaligus.

Dulu (sebelum punya anak) gue selalu menganggap ortu itu makhluk Tuhan paling hebat, paling superior, paling tulus cintanya, paling segala paling deh! Dan harusnya siihh... begitu punya anak justru makin menguatkan pendapat itu ya? Eh, ternyata nggak juga lho!