Brur, waa postingan lo yg kemaren tuh yaaa... hadeuuhh...
Kenape Jeng?
Gimana ya? Eerrr, agak sensitif.
Sensitif gimana?
Ya, jujur sepanjang gue ngebacanya, gue sering kali ....
"iya juga yaa?" dalem hati. Tapi tau kenapa, kok gue takut mengiyakan
secara resmi gitu loh.
Secara resmi gimana? Pake gunting pita?
Rasanya seperti berkhianat dengan doktrin yang gue pegang
selama ini. Rasanya, kalo gue mengiyakan, berarti gue jadi merendahkan orangtua
gue dong?
Bahahahah... jangan dong! Gila apa merendahkan ortu? Kok mikir gitu toh Jeng?
Iyeee Brur. Gimana tuuu? Padahal, secara refleks tiap baca
kata demi katanya sih hati kecil gue setuju.
Mari kita potong sampe situ aja percakapan via WeChat dg
sahabat gue yang jenggotan ini (makanya gue panggil 'Jeng' kan?), karena
selanjutnya gosip kita jadi ngalor ngidul ga penting.
E tapi perasaan dia tadi itu penting sih. Karena saat
pertama2 gue pun ngerasain hal yang sama: Takut seperti mengecilkan arti
orangtua. Padahal ... ah masa? Bagian mananya?
Gue tuh cuma nggak suka terjebak dalam doktrin dan dogma. Ya
maksudnya fine sih kalo para ortu dan guru mendoktrin kita dengan nilai2 yang
mereka yakini, karena itu emang udah jadi tugas mereka. Tapi in the end, gue
harus cari tau sendiri kebenaran doktrin itu.
Sejak lahir, yang selalu didengung2kan ke kuping kita para
anak, hanyalah gimana hebatnya, superiornya, berjasanya orangtua. Kita WAJIB
tunduk patuh sopan santun bahkan bisa dibilang setengah mendewakan mereka. Dan
doktrin2 itu gak semata berasal dari ortu sendiri, karena seluruh lingkungan,
media, alam semesta, bahkan sampe ayat2 kitab suci membenarkan itu. Mampus,
mana berani 'n mana sempat punya
pemikiran lain coba?
Ternyata, selama ini kita KITA DIPAKSA BERPIKIR SATU ARAH.
Lo tau gak Jeng, "berkat" cara berpikir yang kayak
gitu, lahirlah ortu2 yang arogan.
Contoh, mereka hobi mengungkit2 dan menyebut2 jasa2
mereka, yang padahal sesungguhnya itu memang kewajibannya.
Mereka bebas menitahkan kpd kita untuk sopan, bilang
"ah" saja berdosa (yang bahkan mereka selalu mengutip ayatnya) tapi
mereka sah2 saja bicara kasar atau keras pada kita karena status mereka
orangtua.
Mereka bebas mengungkapkan pendapat kepada anak, yang ISInya
atau CARAnya paling menyakitkan sekalipun, tapi anak harus menahan2
perasaan/pemikirannya, karena kalau sampe ga sejalan dengan pendapat ortu,
meski disampaikan dg cara sesantun apapun, tetap dianggap TIDAK SOPAN. Beugh!
Banyak kasus dimana ortu menelantarkan anak, saat si ortu
menua dan anak telah mapan, ortu tsb datang kepada anak meminta belas kasihan,
jika si anak masih berat untuk menerima karena batinnya masih terluka,
masyarakat langsung mencapnya sebagai "anak durhaka" dengan dalih
klasik "Bagaimana pun salahnya, kan dia orangtua."
Gue nggak dalam posisi membenarkan/menyalahkan perbuatan si
anak. Yang mau gue garisbawahi di sini adalah, betapa tidak adilnya kita dalam
menilai hubungan anak-ortu. Kita mudah amnesia bahwa mungkin aja loooh... perbuatan
durhaka anak didahului oleh kedurhakaan ortunya. Jadi kalo mau menyalahkan anak, kenapa tidak
menyalahkan ortunya dulu?
Ooohh, mustahil ortu disalahkan, karena BUDAYA KITA "MENGHARAMKANNYA". Ortu bebas berbuat salah dan akan tetap mendapat simpati dari semua pihak.
Masih heran kenapa begitu banyak orangtua arogan bertebaran,
dan bahkan tanpa sadar mewarisinya kepada kita saat kita menjadi orangtua?
Masih heran kenapa begitu banyak anak yang tertekan?
Memang benar ayat yang selalu diagung2kan para ortu itu,
bahwa tutur kata kita harus sopan kepada orangtua, bahkan sekadar mengucap
"ah" saja dosa sekali.
Tapi....... tolong jangan timpang, isi kitab suci toh tidak
melulu soal bagaimana seorang anak harus berakhlak pada ortunya. Gimana dengan
ayat2 Qur'an dan Hadits2 yg mewajibkan ortu untuk memberi teladan lebih dulu pada
anak? Atau secara general (bukan khusus anak-ortu) ayat yang menyebutkan bahwa:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." (Ash-Shaff: 2-3)
Mengutip Aa Gym, "Jadi kalo berharap punya anak yang
bertutur kata lembut dan bersikap santun, ya orangtuanya dulu yang harus
pertama kali mencontohkan bagaimana itu bertutur kata lembut dan bersikap
santun."
Benar ada hadits yang menyebutkan bahwa "Ridho Allah tergantung
dengan ridho orangtua", tapi orangtua yang gimana dulu? Yang gimana hayoo
cobaa para orangtua jawaaabb.... naah kan hapalnya cuma ayat2 yang ngenakin
dirinya, tanpa mau adil mencari tau gimana kriteria2 yang disebutkan di Qur'an
dan Hadits tentang gimana jadi orangtua yang baik di mata Allah.
Kebanyakan manusia itu maunya hanya mengutip ayat2 yang menyebutkan hak2nya, tapi ayat2 yang menyebutkan kewajiban2nya "disembunyikan".
Sungguh Tuhanku itu Maha Jenius dan Maha Adil. Surga memang
di bawah telapak kaki ibu, namun Beliau kunci hubungan anak-ortu itu dengan JUGA
memuliakan sang anak, bahwa doa seorang anak soleh lah yang jadi salah satu perkara
amal jariyah orangtuanya meski mereka telah wafat.
Kenapa begitu? Karena Tuhan gak menginginkan ada pihak2 yang
menyombongkan dirinya, merasa dirinya paling dimuliakan, dan akhirnya kepeleset
dan seenak2nya dalam berprilaku.
Jadi gini ya Jeng, .... masih nyimak kan looo... apa mulai
nyabutin bulu idung kayak biasa?
Yaa, jadi bagaimana kalo
prinsip kita dalam hidup ini kita bikin sesimpel satu kata aja..... yaitu kata
"SALING". Ya, cukup itu.
Perbuatan baik apapun jangan atas dasar hierarki. "Saling".
Saling sopan. Saling menghargai. Saling komunikasi dengan wajar. Saling mau mendengarkan. Saling
merawat. Saling bertukar ilmu.
Oke Des kalo lo mau menyamakan bahwa ortu merawat anak,
kelak anak merawat ortu. Ortu membiayai anak, kelak anak bisa jadi membiayai
ortu. Tapi gimana dengan mendidik, membangun karakter, memberikan pondasi pola
pikir? Itu sesuatu yang gak akan pernah anak bisa lakukan balik ke ortunya kan?
Hohohoo... itu sih kata ortu yang arogan Jeng. Coba tanya
sama para guru2 sejati, mereka pasti ga akan arogan bilang bahwa "Saya lah
yang telah mengajarkan ilmu pada kalian!"... guru2 sejati akan bilang
"Sesungguhnya, bukan semata saya yang mengajar kalian, tapi saya juga banyak
belajar dari kalian dalam proses pendidikan ini."
Itu fakta yang baru gue sangat rasakan semenjak punya anak.
Dalam proses yang gue pikir gue sedang mengajarkan mereka,
ternyata gue sering tertampar2 dengan situasi dimana gue lah yang jadi banyak
belajar berkat kehadiran mereka, manusia2 yg padahal masih sangat kecil2 ini.
Ya, ga perlu nunggu mereka dewasa ternyata untuk mampu
menyampaikan ilmu ke gue, orangtuanya.
Momi: Ka, tolong ambilin anu dong.
Kk: Iya Momi
Momi: Kaaa... tolong taroin ini di kulkas dong.
Kk: Oke Momiii
Selang bbrp hari.....
Kk: Momi, tolong ambilin remote dong
Momi: Ya ambil sendiri dong Ka
Kk: Ya tolong Momi
Momi: Ka, kalo bisa ambil sendiri ya ambil sendiri dong! Kan
punya kaki, digunain dong, jangan males.
Kk: Momi juga suka nyuruh2 Kaka
Momi: Ya itu kan karena lagi ga bisa kerjain sendiri,
makanya minta tolong
Kk: Engga, sering Momi nyuruh Kaka padahal Momi cuma lagi
duduk2
Momi: *speechless sesaat*...... ya Momi kan orangtua, wajar
kalo nyuruh2 anak. Kalo anak ga pantes nyuruh2 orangtua
Kk: Kenapa Momi?
Momi: Ya nggak sopan aja
Kk: Kenapa kalo anak ngga sopan Momi? Kalo Momi kok sopan
nyuruh2 padahal bisa kerjain sendiri?
What a slap in the face! Mo jawab apa coba?
Di situ gue mikir "Anjrit, iya juga ya? Kenapa kita
para ortu sering memposisikan anak seperti budak? Kenapa perbuatan nyuruh2
karena males itu jelek kalo anak yang lakuin, tapi kalo ortu yang lakuin menjadi
fine aja? Kenapa kata2 kasar itu jelek untuk anak ucapin, tapi kalo kita yang
ucapin menjadi sah? Kenapa anak kalo merokok dianggap salah, tapi kalo bapaknya
yang merokok dianggap wajar, padahal keduanya sama2 punya paru2? Kenapa ini?
Kenapa itu?"
Ya Jeng, dengan sesimpel itu, anak gue baru aja memberikan
pelajaran, ilmu, pendidikan, ke gue.
Itu baru satu kejadian, dan itu terjadi saat dia dulu
berumur 3 tahun. Sepanjang rentang bertahun2 ini, ga terhitung pelajaran2 yang
terus dia sampaikan tanpa dia sadari melalui kepolosan dan kekritisannya.
Kita pikir kita semata-mata satu arah yang mendidik mereka? Jual jubah arogan itu di tokobagus.com. Kita juga turut dibentuk ulang oleh mereka. Kita banyak
belajar melalui mereka.
Apalagi nanti saat mereka sudah makin dewasa, makin berilmu,
makin berwawasan, jangan malu untuk menerima input2 dari pemikiran anak2 kita selama itu baik.
Seperti kata nyokap gue "Iqro. Bacalah. Ayat pertama dari Qur'an itu...
Jangan sempit memaknainya hanya sebatas buku. Alam raya ini luas terbentang
untuk kita "baca". Ilmu bisa datang melalui berbagai penjuru. Buka
mata hati dan pikiran kita untuk membaca ilmu2 Allah."
.... termasuk dari anak2 kita.
Jadi bukan dalam rangka mengecilkan arti orangtua saat gue
bikin postingan kemarin. Gue hanya ga ingin terjebak menjadi ortu yang arogan
seperti kebanyakan yang gue lihat di sekeliling gue. Na'udzubillah, yaa Allah lindungilah aku dan suamiku dari sifat2 menyombongkan diri sebagai orangtua yang bisa membuat anak2 kami tertekan karenanya.
Orangtua itu mulia. Anak
pun mulia. Jika ingin dimuliakan oleh anak, muliakan pula mereka. Hidup itu
simpel, baik, dan indah kalo kita "saling" :)
Met Iedul Fitri semua ^___^
7 komentar:
Mbak, ijin share postingan ini ke Facebook dan Twitter ku, ya. ;)
sama ya mba des, kek surga di telapak kaki ibu..
bukan berarti ibunya doang yg minta dihormati karna si surga ada di balik jempol kaki doi..
justru itu KEWAJIBAN si ibu nyediain surga buat anak2nya yaa.. :)
smogi kita bisa sediain sorga paling endah buat anak2 kita yaaa, eyminnnn!! :D
cium peluk buat kalum dan pipi bapao :*
iya sih, ada temenku yang juga merasa bahwa dia selalu bener sebagai orangtua dalam mengurus anak-anaknya. Padahal mah, yaaa.. itu seperti yang mba des ceritain. :D
Bekal baru buat aku juga saat jd orangtua nanti nih, hehe..
Sharing is sexy, nil ;)
ih iya bnr bgt itu, ta. Cun cayang jg utk Khay yaaa...
mdh2an bs brguna ya chi, aq jg msh trs bljar jd ortu yg baik, & proses bljar itu seumur idup sih...
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar