18 Nov 2009

Pejabat Polisi yang miskin


Dan saat semua jari tengah menuding ke arah institusi Kepolisian Republik ini...

Saat dengan tipikalnya masyarakat Indonesia menghakimi secara prematur bahwa satu itu adalah semua, satu polisi brengsek semua polisi pasti brengsek juga...

Saat tiap kali orang bertanya apa profesi ayah saya, lalu saya jawab "Pensiunan Polri...", mereka lalu menjawab "Ooo.." dengan nada yg-sepertinya-saya-tau-lanjutannya-apa.

Ya, saya tau kok apa kalimat yg kalian telan itu. Yang ingin kalian lontarkan tapi tidak enak berhubung saya anak seorang Polisi.

Bahwa POLRI adalah salah satu institusi terkorup dan terbobrok di negri ini. Bahwa mulai dari pejabat2nya sampai ke kroco2nya adalah manusia2 yg senangnya menyengsarakan rakyat, alih-alih melaksanakan jargon yg mereka usung: Pelayan Masyarakat. Bahwa tidak mungkin ada satupun pribadi di balik seragam coklat itu yg berhati bersih, tulus ikhlas mengabdi....

Saya mesti bilang apa kalau otak kalian sudah demikian tercuci?

Dan lagipula, pada kenyataannya di lapangan semua itu bukanlah kecurigaan semata melainkan -sering kali- adalah fakta.

Tapi, satu hal.....

... kalian pasti belum pernah mengenal ayah saya.
Pejabat polisi yang miskin harta, tapi kaya hati, jiwa, pengabdian, dan warisan penghidupan yang luhur.

Dari beliau dan ibu sayalah, pelajaran pertama dalam hidup kami, anak-anaknya, adalah.... "Jangan pernah mengambil apapun yg bukan hakmu, meskipun itu hanya sebutir pasir.".  Sebuah prinsip yg di sepanjang hidup mereka berdua coba mereka terapkan dengan nyaris total, terutama semasa menjabat dari daerah satu ke daerah lain.

Ayah saya yg sangat pintar dan cerdas. 'Sayangnya'..... dia jujur.

Dibenci oleh para pejabat polisi yang korup, pengusaha yang nakal, dan 'dibuang' ke daerah2 yang dianggap daerah 'kering' untuk menjabat, tidak pernah setitikpun membuat beliau surut untuk berprestasi. Spiritnya satu: MENGABDI. Pada masyarakat dan bawahan. Pada atasan? Sebatas itu tidak bertentangan dengan hati nuraninya saja, bukan untuk membantu menebalkan kantong mereka.

Mana pernah dia mau terima 'amplop yg ikhlas' atau yg ada maunya? Mana pernah dia kasih 'setoran' utk para atasan atau pejabat lain demi terjalinnya 'silaturahmi yg baik'? Yang ada, dari 200-an keranjang parcel yang kami terima di rumah tiap hari raya Lebaran, yg beliau terima dari sesama pejabat, pengusaha, relasi, perusahaan, dll.... selalu beliau dan ibu saya sebarkan secara merata ke keluarga anak buah mereka.

Parcel balasan untuk tata krama? Jangan harap. Setoran rutin dan wajib berupa duit atau barang2 wah? Hehehe, mending ngasih ke bawahan yg jelas2 butuh. Apalagi menelikung aturan demi orang2 atas... fuuhh...

SUSAH DIAJAK 'ENAK'. Begitu ejekan mereka buat ayah saya yg dianggap terlalu lempeng.

Resikonya yaaa... dikucilkan, disindir2 di tiap acara kepolisian, dan yang paling membuat ayah saya sedih.... dijegal karirnya.

Bukan, bukan karena beliau gila pangkat jendral! Bukan karena beliau haus konsekuensi materi dan kekuasaan di balik jabatan itu! Melainkan... dengan semakin tingginya pangkat dan jabatan beliau, maka beliau akan semakin bisa 'berbuat sesuatu' yang berdampak lebih besar dibanding jabatan yg dia miliki saat ini.

Dan beliau akhirnya harus legawa saat karirnya hanya berakhir pada jabatan Wakapolwil dan pangkatnya tak pernah diberi kesempatan sekadar menyentuh Brigadir Jenderal.

Tidak.

Mereka hanya mengijinkannya terbentur di 'Kolonel' saja, pangkat yang sekarang kita sebut sebagai 'Komisaris Besar Polisi'.

Tapi di hati keluarga dan para bawahan, dia adalah seorang Jenderal sejati.

Yang tidak hanya peduli dengan kasus2 besar yg tersodor di meja kerjanya, tapi juga sampai ke masalah2 sepele di jalanan. Yang tidak segan2 turun dari mobilnya untuk mendamprat atau menampar pengendara motor yang tidak mengenakan helm misalnya, karena menurutnya tamparan ini tidak ada bandingannya jika dibandingkan dengan kepala pengendara yg pecah jika terjadi kecelakaan. Dan jangan harap ada polisi yg bisa melakukan aksi pungli atau menikmati 'uang damai' di bawah kepemimpinannya.

Yang rumahnya silih berganti didatangi anak buah, istri dan keluarga anak buah, ulama, pendeta, tokoh masyarakat, hingga masyarakat biasa, yg selalu menjadikannya tempat curhat sekaligus penasihat yang bijak dari segala permasalahan mereka, mulai masalah pribadi hingga masalah di masyarakat.

Yang mungkin tidak ada tempat dimanapun di Indonesia ini yang antara anggota POLRI dan anggota TNI-nya begitu rukun, harmonis dan saling bahu-membahu. Ya, hanya di tempat2 beliau menjabat dengan penuh luar biasa lah itu bisa terjadi.

Yang akan menolak mentah2 setiap sanak keluarga atau kerabat yang datang untuk minta 'surat sakti' supaya mereka bisa lancar masuk jadi anggota Polri. Di hatinya tidak ada celah untuk tindakan yg busuk, meskipun itu demi anaknya sendiri.

Yang kesejahteraan anak buahnya begitu menjadi prioritas, dan namanya tak pernah mampu terlupakan. Hingga detik ini, para anak buah dari berbagai daerah dan keluarga mereka masih terus mempertahankan silaturahmi dengan keluarga saya, karena menurut mereka belum pernah dan tidak pernah lagi mendapat atasan yg demikian mengayomi selain ayah dan ibu saya. Mereka yang pernah menangis bersama2 saat mendengar rumor ayah saya meninggal dunia, dan berusaha keras menghubungi kami untuk mengkonfirmasi. Bayangkan, mereka anak buah dari berpuluh2 tahun yang lampau, dan kenangan serta kecintaan mereka pada ayah ibu saya tak kunjung surut. Alhamdulillah.... Di hati kami pun kalian akan tetap selalu menjadi bagian keluarga ini.

Yang selalu membuat para atasan tercengang-cengang tiap kali beliau berhasil membuat daerah buangan tempatnya menjabat menjadi daerah percontohan.

Ah, terlalu panjang.... terlalu panjang segala keharuman cerita tentang Pak Polisi yang satu ini. Tidak akan mungkin terwakili di sini segala kisah demi kisah seru yang meluncur dari bibirnya yang bertutur sembari sesekali mengepulkan asap rokok dan pandangan menerawang jauh....Seperti rindu akan sesuatu, seperti ada tugas yang belum tertuntaskan.

Dan saya, berapapun umur saya, selalu menjadi seorang gadis kecil yang begitu terpesona tiap kali ayah saya menceritakan kisah2 dan sepak terjangnya selama menjabat dulu. Tanpa pernah beliau bermaksud sombong, melainkan hanya harapan yg tersirat agar saya mampu mengambil buah kebijakan dari tiap ceritanya. Agar menjadi pelajaran hidup bagi saya.

Dia tak pernah sempat mengumpulkan harta benda yang bisa membuat kami melenggang penuh kebanggaan semu kesana kemari....

Dia hanya seorang pejabat polisi yang miskin, yang hanya punya sebuah rumah yang ia tempati bersama keluarganya saat ini, dan sebuah lagi rumah sederhana dari kayu di kampung. Dia tidak begitu piawai berbisnis dan berniaga hingga tak ada 'keranjang' lain untuk menaruh 'telur'.

Tapi dia berhasil membuat kepala kami tetap tegak berdiri saat kami ditanya, "Apa pekerjaan ayahmu?"

"BELIAU ADALAH SEORANG POLISI, PENSIUN DI TAHUN 2000, TERAKHIR BERPANGKAT KOMISARIS BESAR...."

3 kalimat yang di baliknya mengandung sejuta cerita dan kebanggan buat kami. Mungkin kalian akan mengucapkan nada "Ooo..." yang sama seperti kebanyakan orang saat mendengar jawaban itu.

Tapi sebelum kalian terlanjur menuding seluruh prajurit kepolisian sebagai bajingan..... tolong, ....ingat saja cerita ini.

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

26 komentar:

Kabasaran Soultan mengatakan...

Ada banyak polisi baik yang seperti ayah anda diluar sana...
Ada banyak orang yang saat ini ikut2an menghujat yang kelakukannya jauh lebih parah dari yang dihujat.
Bukan hanya dalam polisi. Kejahatan atau kebusukan ada dimana-mana.
kebetulan saja pekerjaannya polisi langsung berhadap2an dengan masyarakat dan berdasarkan pengalaman mereka mungkin selama ini lebih banyak mengalami perlakuan buruk dari oknum yang jumlahnya banyak.
Hujatan yang dilakukan bukanlah bentuk kebencian tetapi lebih kepada tanda cinta masyarakat terhadap institusi POLRI.

Saya sangatlah respek dan berempati kepada teman2 polisi yang baik dan kebetulan tergeneralisasi buruk citranya oleh kelakuan teman2 mereka sendiri.
Saya juga dapat merasakan bagaimana dongkolnya masyarakat atas perlakuan petenteng sebagian oknum polisi yang menganggap bahwa hukum adalah kata dan perbuatannya.

Salam hormat saya untuk ayahanda tercinta anda.

Putri mengatakan...

Putri..
selalu tahu masih ada hati yang tulus pengabdian di dalam seragam coklat itu...
I know there is, sist...

de asmara mengatakan...

terimakasih Bang Soultan, terimakasih Put...

saya tidak menyalahkan tudingan mereka, apalagi kl faktanya memang benar. saya hanya sedih dg stereotip yg berkembang di masyarakat thd tiap anggota polisi.

terimakasih ya :)

si kepik mengatakan...

smoga, masih banyak pak polisi yang punya sikap seperti ayahanda. sehingga, orang2 seperti saya tidak lagi frustasi menghadapi penguasa (penegak hukum???)... dan kembali merasakan bahwa polisi adalah sahabat masyarakat (kecil) seperti saya :)

Unknown mengatakan...

Kalau saya yakin seyakin yakinnya bahwa setiap profesi, setiap pekerjaan dan setiap posisi
apapun itu kita bisa baik bisa juga tidak baik
saya juga yakin bahwa orang baik itu ada di mana-mana, orang baik bukan karena kulit atau penampilan baik tapi orang baik bisa datang dari kalangan manapun....

setiap profesi punya tantangan
dunia ini ada 2 jalan pilihan
jalan yang baik dan jalan yang tidak baik

BrenciA KerenS mengatakan...

eyang saya juga pensiunan polisi, jujur.
Yaaa..semoga anak buahnya papanya mbak des bisa mentauladani beliau, jd akan banyak polisi2 jujur di indonesia. hehehehe

Si_Isna mengatakan...

emang susah mba kalo udah ngomongin segala sesuatu tentang stigma masyarakat
mo nyalahin siapa juga ga ada hasilnya...

saya juga pernah kebentur sama urusan stigma masyarakat semacam ini
tapi saya ga mau cape2 berusaha klarifikasi karena cuma akan buang2 waktu aja
jadi saya diamin aja dan biarkan mereka nantinya ngeliat sendiri bahwa stigma2 semacam itu ga berlaku untuk semua orang...

Dinoe mengatakan...

Setiap hati yg suci dan bersih akan dianugrahi tempat terindah baik didunia maupun diakhirat, yakinlah itu pasti ada ....btw salam hormat buat ayahnya ya...

de asmara mengatakan...

terimakasih ya Jeng Kepik, mas Sugeng, mbak Brenz, Dek Isna, dan mas Dinoe...

semoga teman2 blogger saya ngga termasuk yg mudah teracuni stereotip dan stigma, tapi bisa menilai segala sesuatu secara proporsional aja

ellysuryani mengatakan...

Manusia, dimanapun, selalu ada yang baik dan ada yang buruk. Saya yakin tidak semua orang suka menggeneralisir, meski orang picik suka melakukannya. Dan saya bangga tulisan penuh takzim ini diposting tanggal 18 November, saat saya sedang melakukan perenungan (kontemplasi itu lho de). Nice post.

giru mengatakan...

salah satu manfaat positif dari blogging ini memang bisa dijadikan ajang untuk bertukar pikiran dan melihat sesuatu dari sisi yang berbeda

mba desi beruntung mengenal figur polisi yang baik dalam diri ayahanda dan rekan2 kerjanya

pengalamanku pribadi sama polisi cuma ada dua
yang pertama waktu ak n temenku kecelakaan motor jadi motornya diinapin di polres, pas motornya diambil, beberapa onderdilnya ilang n sebagian dah ditukar, waktu ditanyain ke polisinya mereka bilang ga tau. kita ga tau lagi harus mengadu kemana

yang kedua waktu temen kostku menghilang dua hari, pas dicari dan ditelusuri ternyata dia dibawa ke kantor polisi gara2 dikira curi motor, kejadian sebenernya dia cuma salah bawa motor di parkiran, motornya mirip, supra pasaran n kuncinya juga bisa masuk

temenku ngira masalahnya bisa cepat selesai setelah dia nanti ngasi keterangan, lagipula yang kehilangan motor itu juga dah sadar kalo ini cuma salah paham

tapi ternyata begitu dia sampe di kantor sama sekali ga dikasi kesempatan buat membela diri, dibiarin di dalem sel 2 hari tanpa pernah dimintai keterangan, cuma dapet tamparan n caci maki keroyokan yang bikin sakit hati. hape nya juga disita jadi dia ga bisa hubungin orang luar sampe akhirnya kita nemuin dia disana.

keliatannya aneh n ga sesuai prosedur tapi itu bener2 terjadi di lapangan. temenku akhirnya dibebasin setelah polisinya tahu dia punya kerabat di TNI

ak setuju banget ama komennya mas sugeng bahwa tiap profesi punya tantangan sendiri2.
tantangan sebagai seorang polisi sangat besar dan ga banyak orang indonesia yang bisa melewati tantangan itu dengan baik. jadi ak salut sama ayah mba desi, pengabdian dan iedealismenya dalam menjalankan profesi tentu ga sia-sia sehingga dia meninggalkan nama baik yang dikenang oleh orang-orang yang mengenalnya :-)

de asmara mengatakan...

@Newsoul:
Naaa, benar tebakan saya bahwa kontemplasi itu perenungan, yuk. hehehe... (tebakan? googling kaliii :P )

@Giru:
pengalaman yg menyedihkan dan terus terjadi di sekeliling kita tuh Ru. Gue miris banget sama oknum2 yg kaya gitu. (& oknum2 ini justru yg paling banyak menghiasi institusi POLRI)
yg idealis kaya bokap gue mah, buru2 disingkirin sama mereka....

bukan facebook mengatakan...

susahnya mereka yang jujur itu ndak banyak terangkat dan terekspos media...karena sudah ditutupi sama yang jelek...

Sudinotakim mengatakan...

Met malam...tetap semangat ya..happy weekend

mata mengatakan...

kebnyakan masyarakat kita dah salah kaprah soal pengertian ini. bukan polisinya yang bobrok tapi lembaganya. tidak semua polisi polisi ini bobrok kan ? ada dari mereka yang baik.

masalahnya sekarang bagaimana kita bisa membentuk citra lembaga kepolisian indonesia baik.

Anonim mengatakan...

aku sangat suka postingan ini. sisa komenku, more or less the same with the comment from Pak kabasaran Soultan.

dunia polar mengatakan...

aku bingung mbak mw komen apa, ini tuh kayak stetes .... ... rusak.hmm apa yahh lupa aq :(
semoga polisi2 yg di luar sana mempunyai visi,misi n jiwa spt ayahanda mbak

nh18 mengatakan...

De As ...
I like this posting ...
Tidak semua Polisi itu seperti yang ditudingkan masyarakat ...
Saya tau sekali ada polisi yang sangat lurus ... sangat jujur ...

Dulu ada suatu masa dimana saya rutin seminggu sekali ke rumah "seseorang" ... anaknya Let Kol ... (pangkat jaman dulu)
Tetapi rumahnya kecil ... sangat sederhana ...

Beliau sangat teguh memegang prinsip ...
(ah saya jadi ingat seseorang nih ...)(seseorang di masa muda dulu ...)

Salam saya
:)

Anonim mengatakan...

serius.. pandanganku berubah,... terima kasih..

Thariq mengatakan...

yang bobrok itu oknumnya bukan lembaganya...jadi memang jangan pernah mengeneralisir lembaganya...maka dari itu cicak vs buaya kemaren bukan KPK vs POLRI, tapi oknum KPK vs oknum POLRI...dah itu aja kok...

Anonim mengatakan...

bersyukur masih ada polisi yang manusiawi
semoga sifat sikap dan pikirannya bisa lestarikan ke generasi seterusnya dan semakin banyak yang akan meniru jejak langkahnya
amiin

ita mengatakan...

maaf, gatel pgn komen.. :p

saya percaya masih ada orang seperti itu..
kakek saya pensiunan TNI,
insya Allah, juga pejabat yang jujur (dan miskin)..

salam hormat untuk ayah mbak desy.. :)

Yuda mengatakan...

Keep posting sista, tulisan yg bagus. Untung air mata saya tidak jatuh. Kalo boleh tau siapa nama Bapak siste?

Keep posting ya, keep sharing, and keep in taouch if you dont mind.
Aku bookmark ya

Yuda mengatakan...

Anw, poto pak polis nya mirip ahmad dani ya.hehe

de asmara mengatakan...

foto di atas adalah foto Ayah saya saat masih muda, mas Yuda. Lucunya, abang saya pun skrg miriipp bgt sama Ahmad Dhani, dan anak cowoknya (alias ponakan saya) dulu kl jalan di mall suka orang kirain si Dul, anak bungsunya Dhani hehe...

Iwan Ali mengatakan...

Semoga menjadi teladan bagi polisi lainnya.

Membanggakan serta menginspirasi untuk tetap yakin pada dasarnya polisi itu melindungi serta melayani.

Posting Komentar