Sby berBudi, Mega-Pro (rakyat), JK-Win (menang, maksudnya). Hmm, nice. Dan gak lupa... : amiiinn, semoga emang sesuai dengan kenyataannya, bukan cuma terdengar manis di nama doang.
Tapi tempo hari beberapa kalangan sempat meributkan soal nama pasangan Sby-Boediono. Gue nggak tau kejadian detilnya sih, cuma aja bbrp hari lalu saat sedang bikin grafis tentang SBY, kok nama pasangan ini nggak boleh lagi ditulis sebagai SBY berBudi? Ya, baru tau saat itu.
Alasan larangannya?
Ternyata SBY berBudi dianggap memiliki makna negatif, yakni SBY berbohong. Berarti Budi=Bohong?? Lho, setau gue kan kata 'Budi' yang memiliki arti 'Bohong' itu ada dalam bahasa Palembang? Gue gak tau lagi suku mana di Indonesia yang memiliki arti serupa, tapi kalo Palembang gue tau pasti, berhubung suku gue emang Palembang.
Misalnya kalo diterapin dalam kalimat:
"Si Polar dibudikan uwong, di-enju' duit limo ratus dikiranyo limo milyar."artinya--> Si Polar dibohongin orang, dikasih uang 5 ratus dikiranya 5 milyar. *emang kebangetan si Polar tuh, ampun deh bedain duit gopek ama milyaran aja gak bisa!*
Atau...
"Tamtam hobi nian mbudikan betino, katonyo dia tu direktur perusahaan cucu' gigi bekas, dak taunyo gigi bae dio dak punyo.artinya--> "Tamtam hobi banget bohongin perempuan, katanya dia direktur perusahaan tusuk gigi bekas, nggak taunya gigi aja dia nggak punya."
Dan sepanjang yang gue tau, kata 'Budi' itu nggak pernah disandingkan sama awalan 'ber-'. Kata 'berbudi' nggak pernah gue dengar digunakan dalam percakapan, dan emang terdengar rada aneh, karena kalopun mo nyebut berbohong, biasanya tetap menggunakan kata 'mbudi', hanya menambahkan huruf 'm' tanpa awalan 'ber-'. Jadi sebenarnya yang diprotes itu adalah sesuatu yang gak ada. Mengada-ada. Aneh.
Andaikata pun ada, gue cuma jadi bertanya-tanya, Pilpres ini kan konteksnya nasional ya? So, mestinya lebih mengacu ke bahasa nasional dong, bahasa Indonesia, bukannya ke bahasa kesukuan. Sedangkan kata 'Budi' sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang luar biasa bagus dan positif. Gue yakin semua tau itu, makanya banyak orangtua yang mau ngasih nama anaknya Budi, bahkan di Palembang sendiri banyak yang namanya Budi, kok.
Bukannya bahasa persatuan kita bahasa Indonesia? Kalo gitu kenapa bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, bisa kalah sama bahasa kesukuan, ya? Apa mulai sekarang kalo para pejabat negara mau pidato atau bicara mesti persiapan seminggu sebelumnya dulu untuk membuka kamus bahasa seluruh suku di Indonesia agar tidak terjadi silang makna nantinya? Hehehe, sia2 dong ada Sumpah Pemuda tahun 1928 dulu?
5 komentar:
arghh...namaku di pake contoh, tidakk.....aku hrs mandi kembang nih. liat aja ntar klo tiwi marah, aku ndak ikut2an loh.
btw namanya aja dunia politik, apapun dilakukan agar lawannya bs jatuh.bnr ndak??
klo nama ntuh ndak masalah, bahkan aku iri yg namanya budi. spt yg ku tulis di sini http://duniapolar.blogspot.com/2009/03/nama-adalah-doa.html
hati2 mbak klo tiwi marah nyeremin loh !!!
udah gue reply di sana, Lar. coba lo baca, abis itu tolong kagum ya sama pendapat gue, udah susah payah tuh mikirin reply-nya biar terdengar bijak, hahhaha....
Capeek deeh kalo baca yang bukan bahasa aku,,aku asli anak jawa timur jadi enggak tau bahasa palembang
Kalo dalam bahasa 'wong jowo' SBY berBudi itu berarti SBY legowo atau berbakti gitu neng,, yaa namanya juga bangsa kita bhinneka tunggal eka yang berarti "berbeda--beda tapi tetap (tidak) satu" hehehe!! nah khan lho
bukan SBY presidenku, tapi mie instan presidenku
enak je
Salam kenal dan salam bahagia, o...ya..saya tidak tau infonya tu... kalau tidak boleh ya tidak usah maklum suhu Bumi ini makin panas sekarang, tambah suhu politik lagi meningkat...terbakar kita dong...
Posting Komentar