14 Sep 2009

Kenapa mesti menunggu 'musuh bersama' ?

BANGGA.

Jujur, serius, sumpah. Gue bangga sekali. Betapa belakangan ini aroma nasionalisme terasa begitu kental di udara Indonesia.

Dengar lagu... temanya nasionalisme, mulai dari Cokelat, Netral, Pandji Pragiwaksono, Saykoji, dll (fyi, sekarang gue lagi muter lagu Saykoji yang judulnya Merah Putih. Damn, keren banget!!).


Liat sekitar... batik bertebaran, bukan cuma perempuan, tapi para cowok pun ga lagi hanya memakai batik saat kondangan. Bahkan suami gue berencana make batik tiap Jumat ke kantornya, bagaikan anak sekolahan. Keren. Bukan cuma batik, tapi juga sasirangan, songket, kebaya, perhiasan batu2 Kalimantan, semua hasil karya anak negri bertebaran dipake sebagai barang2 yang up-to-date.

Liat acara TV, liat iklan, liat acara2 anak sekolahan, semua gak ada yang mau ketinggalan memasukkan unsur2 kebudayaan Indonesia yang luar biasa indah.

Belum lagi semua ornamen yang berbau nasionalis, seperti bendera, warna merah-putih, lencana Garuda, peci TNI jaman perjuangan, dikenakan dengan penuh rasa bangga oleh para anak muda.

Sungguh menggetarkan melihat itu semua.

Kemana saja kita selama ini? Kenapa harus menunggu 'serangan' dari luar untuk menyentak kita semua akan betapa beruntungnya kita dengan melimpahnya semua keragaman budaya yang kita punya? Kenapa harus menunggu datangnya musuh bersama untuk membuat kita bersatu? Akankah kita kembali buta dan terberai lagi jika musuh itu pergi?

Gue adalah orang yang paling iri dengan kebanggaan orang India dan Jepang dengan budaya mereka masing2. Bangsa India melenggang kesana kemari dengan kain sari membalut tubuh perempuannya, dan songkok di atas kepala para prianya. Tidak menunggu kondangan. Begitupun dengan yukata (kimono) bangsa Jepang.

Padahal, menurut gue, tidak ada busana tradisional yang lebih indah dari kebaya di dunia ini. Tidak ada seorang wanita pun, dengan bentuk tubuh seperti apa pun, dengan wajah seperti apa pun, yang tidak menjadi anggun dan keluar aura kewanitaannya dengan mengenakan kebaya. Tanpa mengesampingkan busana2 tradisional dari daerah lain di Indonesia, tapi lebih karena kebaya didaulat sebagai busana nasional. Tapi baru belakangan saja kita bangga mengenakannya. Nggak papalah, asal bukan tren sesa'at....

Jadi, insiden Malaysia sebenarnya adalah blessing in disguise. Keberkahan dalam penyamaran. Begitupun dengan insiden2 teror bom belakangan ini yang akhirnya membuahkan sebuah gelombang kekuatan yang berjudul "INDONESIA UNITE". Lihat efeknya, dahsyat! Jadi nggak usah marah2 berlebihanlah... Lebih baik kita jaga saja rasa nasionalisme yang tumbuh pesat ini agar tidak surut saat sang 'musuh' bosan berulah.

Jauh sebelum hingar bingar ini, dari dulu gue bercita2 jika kelak punya anak perempuan, gue akan memfasilitasi les tari adat Indonesia dibanding balet yang mewabah diberikan oleh para ibu untuk putri2 kecilnya saat ini. Balet tidak salah, hanya lebih elok andai kita ikut berpartisipasi melestarikan budaya sendiri yang tidak kalah kerennya. Kalaulah anak gue cowok, gue akan dengan senang hati memfasilitasinya dengan berlatih alat musik tradisional, di samping alat musik standar.


Hey, Indonesia.... Keragaman (suku, agama, ras, golongan, adat, kebudayaan) adalah pedang bermata dua. Kalau kita bodoh, ia mencincang tubuh kita sendiri seperti selama ini. Then be smart... use it as a weapon which all of our hands held it together, in unity :)




gambar diambil dari http://agenmossad.files.wordpress.com/2009/08/indonesia1.jpg dan diedit cedikiiit :P

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

7 komentar:

Kabasaran Soultan mengatakan...

Jadi maksudnya ...
Bangganya setelah dilecehkan dulu ya

wakakakaakakaaa
nice sharing

Kabasaran Soultan mengatakan...

KAlau aku bangga yang ini nih !

Akhirnya …
Bukan karena SBY...
Bukan Jusuf Kalla...
Tidak juga Mega...
Rindu ini terobati…
Kangen ini terpenuhi…
Kukalungkan garuda di leher…
Kukibarkan merah putih di dada…
Kubiarkan air mata menelaga…
Sambil …
Berdiri gagah memandang dunia …
Dan…
Kuteriakkan pada semua…
Inilah aku …
Sejatinya ...
INDONESIA

Terima kasihku kepada ; Dr Aelina Surya, Dr Hj Ria Ratna Ariawati, Yusrila Y Kerlooza, Rudi Hartono dan Stevanus Akbar Alexander Tim Robot Indonesia yang telah meraih medali emas dalam kompetisi robot yang diselenggarakan di San Francisco, Amerika Serikat tanggal 12-14 Juni 2009.
Sungguh kalian adalah telaga penyejuk dahaga ditengah-tengah hiruk pikuk bangsa yang sedang memperebutkan tahta

de asmara mengatakan...

setuju mas!! yg kaya' begini ini nih malah jarang terekspos media, karena dianggap tidak 'menjual'. pdhl anak indonesia banyak bgt yg bergaung prestasinya...

jangan sampe aja jadi seperti yg udah2, akhirnya potensi2 luar biasa itu direbut sama bangsa2 lain karena mereka bisa memberikan apresiasi yg lebih layak dibanding negara kita sendiri...

cool mom mengatakan...

bener juga ya?
anak-anak sekarang demen banget nonton dan dengerin lagu garuda didadaku.. bapak-bapak, ibu-ibu semua yang punya anak semua pake batik (lagu wali)

Gilang Wicaksono mengatakan...

cuma mau nanya aja, indonesia unite tuh sebenernya apa y? ada hasilnya yang real ga?

de asmara mengatakan...

Indonesia Unite menurut gue adlh semaam gerakan moral. Bukan sebuah organisasi yg punya platform terorganisir/terkoordinir utk berbuat begini begitu.

IU mungkin semacam Sumpah Pemuda masa kini yg tidak tertulis, yg disepakati tidak di satu tanggal, tapi persis gelombang... menyentuh satu demi satu anak Indonesia melalui berbagai cara, terutama melalui dunia maya. Dan menurut gue lagi sih, kalo kita bertanya hasi yg real, sedikit banyak rasa nasionalisme & patriotisme yg ada belakangan ini juga mrpkn andil dari semangat INDONESIA BERSATU tadi.

once again Ru, ini menurut gue :)

Anonim mengatakan...

Tanpa menunggu adanya "musuh bersama"

Nasionalisme memang seharusnya tetap tertanam didada ... (walaupun tanpa gembar gembor ...)

Mengenai Keragaman ... (your last alinea)
mudah-mudahan kita hanya memakai mata pedang satu saja ... kearah yang lebih baik ...
bukan sebaliknya ...

Posting Komentar