20 Nov 2010

Peduli bukan dosa



Suatu hari, dulu banget, papi saya pernah kecolongan isi mobilnya. Apa aja yang ilang saya lupa. Tapi satu hal yang saya nggak mungkin lupa, adalah reaksi papi saya saat ada tetangga yang nyeletuk setengah meledek.... "Wah, polisi aja yang katanya paling ngerti soal keamanan masih bisa kecolongan ya?", dengan santai papi memungkas "Memang kenapa? Apa kamu pikir kalo Dokter lantas gak mungkin sakit?"

Huaahh, mantebbb!!

Entah kenapa, saya kok jadi menghubungkannya dengan betapa seringnya kita bersikap seperti tetangga saya itu ya? Iya kita, termasuk saya.

Misalnya, bagaimana kita mengira seorang ustad atau pendeta tidak mungkin {atau tidak boleh? } berbuat salah. Atau seseorang yang pernah menyatakan A, maka akan menjadi bulan2an makian jika ia pernah 1 detik saja alpa dan tidak melakukan A yang pernah ia sendiri katakan.

*Gimana? Udah mulai migren belom baca kalimat2 saya?*


Kenapa kita sering kali bersikap ketuhan-tuhanan? Apa yang membuat kita berhak menuntut seseorang bersih dari dosa dulu untuk boleh mengatakan kalimat2 kebaikan? Sementara Tuhan saja TIDAK PERNAH menuntut itu.

Bahkan Beliau lah yang mewajibkan kita untuk 'saling menganjurkan dalam kebaikan, dan saling mencegah keburukan' (amar ma'ruf nahi munkar) dalam surat Al-Ashr

Jangan melihat siapa yang mengatakan, tapi dengarkanlah isi perkataannya.

Saya numpang tanya, andai kamu ketemu seekor anjing budukan yang memuntahkan mutiara dari dalam mulutnya, apa yang akan kamu lakukan? Kalau saya sih, pasti tetap saya ambil mutiara itu dan langsung setop bajaj buat jual tu mutiara ke mayestik. Karena sebagaimana sebuah pepatah bilang
Mutiara, sekalipun keluar dari mulut anjing, tetaplah mutiara

Jujur deeeh, kamu pun pasti akan melakukan hal yang sama kan? Gak mungkin kamu cuekin itu mutiara dan malah maki2 "Dasar anj*ng buduk lo! Sok2an ngeluarin mutiara, padahal lo kan anj*ng!" .

Memang kebaikan apa yang kita dapat dari berbuat seperti itu? Mutiara gak dapet, malah dosa karena udah memaki2.

Jika seseorang terus-menerus mengingatkan kita untuk jangan mencuri misalnya, lalu suatu hari kamu dapati dia mencuri, maka yang arifnya kamu lakukan BUKANLAH menuding2 muka orang itu dengan mengatakan "Dih!! Selama ini sok ngasih ceramah soal jangan mencuri, sendirinya nyuri! Nggak malu lo!! Dasar munafik!".

Na'udzubillah, itu bukan bagian kita. Tuhan tidak pernah memberi kita hak untuk berbuat itu dalam ayat manapun. Apakah ia munafik atau bukan, Tuhan yang berhak menilai. Dan kalo dia bener mencuri, biar itu jadi urusan perangkat hukum.

Apa yang menjadi bagian kita? Ialah memberikan hak orang itu, sebagaimana dulu ia telah memberikan hak kita, berupa amar ma'ruf nahi munkar dengan cara2 yang baik. Ya, silih berganti kita saling terus mengingatkan, karena dunia ini begitu berat untuk dijalani sendirian.

Ada banyak jurang yang penuh celaka di depan, belakang, kanan, dan kiri kita. Andaikata mereka terus berusaha menarik dan melindungi saya dari jatuh ke jurang dengan niatan sok tau, sok suci, atau munafik sekalipun, saya akan tetap berterimakasih. Niatan mereka bukan kapasitas saya sebagai makhluk untuk menghakimi, tapi hak saya (untuk diingatkan) yang telah mereka penuhi itu lah yang saya syukuri.

Dalam Islam, kita DIWAJIBKAN untuk saling terus mengingatkan. Bukan karena kita suci, tapi semata2 karena Tuhan tidak menghendaki kita egois dan cari selamat sendirian, karena Tuhan tau kita adalah makhluk yang mudah 'lupa' dan butuh untuk saling mengingatkan, karena Tuhan tau kita adalah makhluk lemah yang butuh untuk saling menguatkan, karena Tuhan ingin kita saling peduli. 

Itu, yang namanya ukhuwah.

Bukan ingin menggurui ya. Cuma ingin berbagi, dari sedikit yang saya tau :)

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

8 komentar:

Unknown mengatakan...

SeTuJUu..
gaK MiGReiN koQ ALhaMduLiLLaH..
(^,^)v

ViSiT Me: www.aldoakira.blogspot.com

Dee mengatakan...

wuiihh.. mantab des tulisan lo..
gw setuju bgt.. tp kadang gw rada sedih jg ama org2 yg menilai gw "sok tau" kalo gw mengingatkan dia akan sesuatu, dan kadang sebel seh.. hehe..
dgn gw baca tulisan lo ini, mungkin gw lebih bisa mengikhlaskan apa penilaian org thd gw, kan yg penting niat gw baik..
sip sip.. semoga tulisan lo ini menginspirasi org2 utk lebih ukhuwah.. amin!!

Anonim mengatakan...

gak ada manusia yg suci,dan kita pun kadang dalam kondisi yg sama kemungkinan akan melakukan yg dilakukan oleh orang lain.

dan memang bukan tugas kita menghakimi yg lain,kita harus selalu melihat ke dalam diri kita masing2...

"mereka yg sibuk meneliti dosanya takkan sempat meneliti dosa sesamanya"

Tanti Kursyaf mengatakan...

Yang kaya2 gini nih yang bikin gue terpesona sama seorang desi. (Meskipun wujud aslinya gak mempesona2 amat juga sih...) Heheheh...

Anonim mengatakan...

kalau sy lebih suka mengutip perkataan Imam Malik rhm.
Semua perkataan seluruh makhluk di dunia ini tertolak. Kecuali manusia di dalam kubur ini (menunjuk makam Nabi Muhammad SAW).

Di tempat lain, Ali jg pernah berkata: "Janganlah menjadikan teladan atas orang2 yg masih hidup. Karena org yg masih hidup masih memiliki potensi tergelincir dlm kesalahan. Ambillah keteladaan atas org2 yg telah meninggal dunia." --> ini sy bc sekilas dr Ali RA. tp sy rujuk pernyataanya blm ketemu sumbernya
:(

salam

de asmara mengatakan...

@ahmed
monggo mas Ahmed :) saya menghargai kl memang lbh merasa sreg mengikuti kutipan Imam Malik tsb :)

tapi sbnrnya kita ga berbeda pendapat. saya luruskan sedikit ya...

saat saya bilang 'mengajak pd kebaikan', tentunya bukan 'kebaikan' versi pribadi masing2 orang, tapi versi Sang Pemilik Kebenaran .... God Almighty :) yaitu yg tercantum pada kitab Qur'an.

Bukankah Allah sendiri yg memerintahkan kita untuk saling menganjurkan dalam kebaikan dan kesabaran dalam surat Al-Ashr?

--> Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran

gimana mas? bukan kata2 saya kan? :) Perintah Allah, yg disampaikan melalui mulut Rasulullah.

Ah, sptnya kita gak berseberangan kok :)

Anonim mengatakan...

@De: setuju
kli ini lebih klir.
Beda persoalan jika kita bicara ttg persoalan hukum. Dlm hukum sesuatu yg salah memang hrs dihukum dan 'dihakimi'. :D tp yg menghakimi adalah hukum. Wallahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Salam kenal mbak, saya Ade.
Secara gak sengaja ketemu blog ini dan baca mundur. Nemenin saya yg insomnia, atau malah termasuk yg nahan saya untuk gak tidur? hehe
Sampai postingan ini gak tahan untuk gak komentar. Saya merasa ditampar-tampar. Ditampar dalam arti baik. Terima kasih ya mbak sudah mengingatkan:)

Posting Komentar