Jadi, ini bukan forum debat ya.
Karena pada dasarnya blog ini dibuat semata2 ya utk menjurnalkan jejak2 keberadaan saya.... untuk anak cucu cicit saya kelak. Wedew, kenapa itu ada yg terpental baca kalimat barusan?? Ini serius!
Oiy, anak2 dan cucu2ku, saat kalian membaca ini, nenek buyut mungkin sudah tiada beratus2 tahun yg lalu. Tapi ingatlah pesan2 nenek ini ya. Ohyah, jangan lupa, saat nenek menulis ini nenek masih muda belia loh! Jadi kalo membaca dalam hati, jangan membayangkan suara nenek2 yg bergetar2 sambil terbatuk2 itu ya, tapi bayangkanlah suara Katie Holmes. Mirip2 kok. Mari kita mulai. Cheers! ^o^ ,v,,
Ya, ya, sudah baca judul di atas, kan? Apa kalian sudah mengerti maksudnya? Kalo memang sudah mengerti, ya sudah cukup sekian saja postingan kali ini. Daaag..... *Lho?* Hihihi, ampun dah susah amat mo nulis serius yak??
*Bismillahirrohmanirrohiiimm.............................. *
Begini, saya kan seorang muslim, jadi tentu koridor dari tulisan2 saya ya agama yg saya anut, Islam. Dan dengan segala kebodohan dan kecetekan ilmu yg saya miliki, hidup telah mengajarkan pada saya hal2 yang harus saya hindari dari penuhanan2 yg salah.
Mudah untuk menuding pohon atau gunung untuk TIDAK dituhankan, karena mereka begitu nyata dan memiliki bentuk. Tapi bagaimana dengan hal2 lainnya yg hanya berupa konsep?? Dan bagaimana jika kemampuan istimewa yg Tuhan berikan pada manusia berupa akal dan lidah yg tak bertulang ini membuat ajaran agama begitu mudah ditekuk2 untuk pembenaran bagi konsep2 itu agar sah untuk 'dituhankan'??
Well, here's some of those which we should be aware of -setidaknya menurut saya-;
Seni, adat budaya, sains, profesionalisme, dan cinta....
* * *
- Jangan menuhankan seni
Seni yang jujur? Hmm, selalu berhasil membuat saya tersenyum mendapati kalimat itu.
Apa itu 'jujur'? Telanjang di depan publik? Bergoyang dahsyat penuh syahwat?
Mereka berdalih, "Manusia dilahirkan toh telanjang, tanpa sehelai benang pun. Itu adalah bentuk aslinya manusia, kenapa kita harus malu? Ketelanjangan manusia itu indah, sesuatu yg indah kenapa mesti ditutup2i?"
Manusia memang terlahir telanjang. Kalo ada bayi yg lahir2 udah pake baju, pasti yg bantuin lahiran pada pingsan. Ketelanjangan manusia saat terlahir itu adalah sesuatu yg logis, karena di dalem perut ibunya nggak ada pabrik tekstil. Jadi tak usahlah mengatasnamakan seni.
Soal malu....... Hey, malu itu anugrah lho! Itu salah satu sifat istimewa lainnya selain akal yg hanya Tuhan hadiahkan pada manusia, makhlukNya yg paling mulia. Salah satu sifat yg membedakan kita dengan binatang.
Dan saat meninggal kelak kita masih dibalut busana kan? Kita dikubur tidak dibiarkan telanjang kan? Padahal kita sudah mati, tapi masih dimuliakan oleh Tuhan dengan aturan2 pemakaman yg harus menutupi tubuh kita. Pernah melihat jenazah yg dipakaikan kafan cuma setengah? Tidak kan?
Mati saja begitu mulia, kenapa semasa hidup kita mesti merendahkan diri?
Seni tidak harus berbenturan dengan agama.
Ingat, agama tidak berseberangan dengan apapun. Agama adalah wadah yg membungkus semua lini kehidupan TANPA TERKECUALI agar dengan aturan2 di dalamnya, apa pun yg dilakukan dapat membawa kebaikan bagi penganutnya.
Kalo memang agama itu melawan seni, lalu kenapa Al-Quran tertulis dengan kalimat2 yg begitu indah dengan kesusasteraan yg tinggi tak tertandingi? Kenapa kita dianjurkan membacanya dengan lelagu yg merdu?
- Jangan menuhankan Adat/budaya
Islam datang untuk memurnikan kembali ketauhidan, ke'esa'an Tuhan. Dan prinsip dasar Islam adalah ADIL. Apa itu 'adil'? Menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Sangat bertentangan dengan ajaran Islam jika kita berlomba2 minta berkah dari sesuatu yg sudah mati, atau memuja2 benda mati. Hey, mereka hanyalah makhluk, dan lagipula..... MATI! Bergantunglah pada yg tak pernah mati, yg Maha Hidup: Tuhan yg benar, bukan 'tuhan-tuhan' palsu itu.
Tiap malam 1 Muharam, dengan berbagai bentuk dan warna apa yg dinamakan adat, berbondong2 masyarakat Islam (tepatnya Islam Kejawen mungkin?) memperebutkan entah apapun itu. Ada yg berebut air basuhan kelambu mendiang ulama, ada yg berebut air basuhan keris pusaka, ada yg berebut sesajen…
Ratusan orang berdesak2an seperti mengantri sembako gratis, tidak peduli terinjak2 atau menginjak2 orang lain, hanya demi mendapatkan apa yg mereka sebut 'berkah', meskipun hanya sepitil upil. Apapun yang mereka anggap akan membawa berkah dan keberuntungan bagi kehidupan mereka ke depan.
Saya sempat bertanya2, sesungguhnya mereka sedang merayakan tahun baru Islam atau tahun baru Jawa? Karena kebetulan tanggal 1 Muharam bertepatan dengan 1 Syuro, pada tanggalan Jawa.
Kemarin saya menonton TV dimana ada sebagian masyarakat Jawa yang ingin mempopulerkan kembali kebudayaan2 Jawa melalui perayaan2 malam 1 Suro ini. Mereka ‘menyesalkan’ banyak orang yg tahunya malam itu sebagai SEMATA-MATA perayaan tahun baru Islam, bukannya tahun baru Jawa.
Lho?
Justru saya yg bingung, karena populernya itu perayaan tahun baru Islam, tapi isinya malah tidak islami sama sekali. Malah justru memang lebih tepat kalo dimurnikan saja sebagai perayaan tahun baru Jawa thok.
Adat seringkali begitu didewa-dewakan. Untuk sekedar menyebut: kehebohan saat menjelang pensahan UU Pornografi/Pornoaksi, mereka yg tadinya tidak pernah tau dan peduli dengan ragam budaya Indonesia, tau2 sibuk berkoar2 bahwa UU itu akan mematikan banyak adat dan kebudayaan kita.
Bukan UU Pornografi yg akan mematikan adat budaya kita, sodara2, tapi kita2 generasi muda yang makin condong ke arah nilai2 barat inilah yg telah mematikannya. Dengan cepat dan pasti.
Tapi, andaikata pun ada adat budaya yg bertentangan dengan ajaran agama, menurut saya lebih baik dikaji ulang dan ditertibkan. Kenapa harus merasa berdosa mengkoreksi adat budaya, sedangkan melanggar aturan agama kita justru santai2 saja? Kenapa adat harus dituhankan sedemikian rupa?
Saya terlalu picik dan naïf?
Oh, di Afrika sana, kaum FEMINIS BARAT justru sedang berjuang untuk meniadakan upacara adat salah satu Negara di benua itu. Kenapa? Upacara adat itu ternyata adalah sarana untuk sang Raja mencari selir baru, dan upacara ini adalah acara tahunan, jadi tiap tahun raja nambah selir, dan ratusan gadis itu menari beramai2 di tanah lapang dengan bertelanjang dada (ini suatu keharusan!) untuk merebut perhatian Raja!
See? Kaum feminis barat yang kalian puja2 itu saja mengerti bahwa menjadi objek yg dieksploitir atas nama apapun itu adalah merendahkan harkat dan martabat kita sendiri. (ya, termasuk adu binatang yang dilestarikan atas nama budaya itu... )
Memang mereka tidak bicara atas nama agama. Tapi esensinya sama bukan? Tuhan, melalui sarana agama, pun ingin melindungi kita dari sesuatu yg sifatnya tidak adil.
Ya, tidak adil kita yang telah Beliau muliakan ini harus merendahkan diri sedemikian rupa. Tidak adil. Tidak pada tempatnya.
- Jangan menuhankan sains
Semakin tinggi itu semua, semakin menguji prinsip2 ketuhanan kita. Sungguh. Yang membedakan hanyalah reaksi saja.
Seorang astronot yang berhasil memijakkan kakinya ke bulan, tersungkur menangis terharu. Dia merasa begitu kecil. Dia merasakan perjuangan yg luar biasa, padahal ‘hanya’ untuk sekadar sampai di bulan. Sementara jagad raya ini, dibandingkan jarak antara bumi dan bulan….. sungguh tak ada bandingannya.
Sementara astronot yang lain, begitu dia tiba di bulan, dia tertawa terbahak2, dan dengan lantang bertanya “Saya sudah sampai di langit! Dan saya tetap tidak menemukan Tuhan! Mana Dia?!”
Dan saya tersenyum kecut *bukan berarti saya lagi ada di bulan dan denger pertanyaan itu secara langsung lho!*
Bagaikan katak dalam tempurung, begitulah jika kita dengan segala keterbatasan ilmu dan kemampuan berpikir ini merasa sudah cukup untuk congkak.
Baru saja selemparan batu dari bumi, sudah mengira dirinya mencapai langit. Andaipun ia mampu terbang BENAR2 SAMPAI ke langit, bukankah di atas langit masih ada langit? Dalam Islam, kalimat itu bukan kiasan. Karena langit memang berlapis tujuh, dan di atasnyalah tempat yang paling mulia: ARSY, tempat Dzat Yang Menguasai segala ilmu. Dan Ia sesungguhnya melingkupi kita, melingkupi seluruh jagad raya ini.
Nasib sains hampir sama dengan seni. Dianggap tidak dapat bergandeng mesra dengan agama.
Seolah2 saat bicara sains kita bicara logika, sementara bila bicara agama berarti kita bicara keimanan semata2 yang tak dapat dibuktikan secara empirik.
Hey! Dimana kalian saat Al-Qur’an sudah menyebutkan bahwa bumi ini bulat? Saat itu para ilmuwan tersohor dunia masih berpegang teguh bahwa bumi ini adalah sebuah bidang datar yang ada ujungnya berupa jurang yg sangat dalam.
Dan bagaimana Qur’an menyebutkan proses kejadian janin, step by step secara lengkap, saat dunia kedokteran saat itu belum lagi mengungkapkannya?
Ilmu demi ilmu yg meluncur dari bibir seorang Rasul yang ummi (buta huruf), tidakkah membuat kita bertanya2 bagaimana seorang buta huruf bisa mendapatkan ilmu2 yang luar biasa itu jika bukan dari Tuhan Sang Maha Pemilik Ilmu itu sendiri?
Sementara begitu banyak ilmu2 lainnya yang bertebaran di lembar2 Qur’an dan Hadits, yg kalian tertawakan dan kalian anggap sebagai kebodohan dan belenggu. Hmm, tidak kapok2nya… padahal hanya soal waktu untuk akhirnya manusia modern menemukan, menguji, dan akhirnya membuktikan kebenaran2 yang ratusan tahun lalu sudah tertulis di Al-Qur’an.
Jikapun akhirnya tak berhasil kalian temukan, itu hanya menambah bukti bahwa betapa akal kita hanya setitik air yang menetes di luasnya samudera.
Pantaskan titik air itu kita ‘tuhankan’?
- Jangan menuhankan profesionalisme
Ibaratnya orang latah, giliran diteriakin ‘kodok!’ dia ikut teriak ‘kodok!’, giliran disuruh loncat kelinci dia loncat2an, coba aja lo suruh dia loncat ke jurang, mau gak tuh? Hahahahaa…..!!! Latah kok milih2?
Tapi emang gitu kok kebanyakan temen2 gue yg latah. Giliran disuruh ngemut ujung rokok yg menyala, mereka dengan penuh kesadaran menolak… :P hal yg seharusnya (jika mereka benar2 latah) tidak terjadi, karena daya refleksnya orang latah mestinya sudah ‘rusak’ kecuali utk semata2 refleks mengikuti sesuatu yg mengejutkan mereka. Teuing lah….
Nah begitulah profesionalisme di Indonesia, terutama dalam seni. Yeah lagi2 seni.
Giliran disuruh telanjang, disuruh goyang erotis, disuruh beradegan mesum, tinggal bilang “Saya mesti profesional…”. Benar2 dilakukan secara harfiah tanpa tipuan kamera, tanpa trik.
Kalau begitu, atas nama profesionalisme, ada adegan bunuh diri pake clurit, atau loncat dari gedung tingkat seribu, atau adegan membunuh orang dengan cara nabrakin pake traktor…….. ayo lakukan dengan sungguhan, jangan pake trik dan tipuan kamera juga. Kan profesional??
Ah, pasti gak mau deeehhh…. Hihihi. Kok kaya’ orang latah tadi yaaa?
Bagus sekali perumpamaan dari seorang da’i (saya lupa namanya) yang bilang, apa bedanya dengan perampok? Dia merampok rumah orang bahkan sampai membunuh juga karena tuntutan profesi. Demi profesionalisme juga toh?
“Saya bukan pelacur.” Begitu dengan tegas sanggah salah seorang selebriti yg selalu heboh dengan skandal demi skandal kehidupannya. “Pacar saya aja nggak boleh nyentuh tangan saya karena bukan muhrim! Saya telanjang dan beradegan panas ini ya karena tuntutan profesi. Kalo nggak dibayar saya juga nggak mau lah!” *Bisa tebak siapa orangnya?*
Dan dengan kalimat itu, dia telah menggambarkan dengan sangat tepat definisi dari apa yang dikatakannya bukan dirinya.
Sungguh sayang, hei cantik. Sudah tepat kamu melindungi dirimu dari sentuhan pacarmu, tapi lalu kamu takluk dan tak berdaya atas setiap lelaki, atas nama ‘profesi’.
- Jangan menuhankan CINTa
Saya sempat bertanya soal ini kan ke teman2 blogger di beberapa postingan yang lalu?
Terimakasih banyak. Kalian tidak tau seberapa besar jawaban2 kalian telah memberikan pencerahan buat saya. Jawaban2 yang mungkin saya sendiri sudah lama tau, tapi entah kenapa butuh sekian banyak orang yang hanya saya kenal dari dunia maya untuk menyentakkan saya.
Jangan bilang ‘cinta’…..
………di saat hati sedang berbunga2, atau hubungan yang masih berjalan di awal, atau mungkin justru hubungan di masa lalu yang terkesan sangat manis untuk terus diingat.
Cinta bukan semua itu. Itu semata2 nafsu.
Atau untuk menghindari konotasi negatif, baiklah kita gunakan kalimat ini saja: “Kita belum memberikan cukup waktu untuk membuktikan apakah itu MEMANG CINTA.”
Bicara cinta? Wah, itu melibatkan waktu sampai maut menjemput, yang dengan segala pahit getir yang kita lalui bersama-sama sepanjang usia ternyata tak mampu juga membuat kita berkeinginan menukar orang itu dengan seisi dunia sekalipun.
Itu cinta.
Sementara cinta yang selalu kita kambinghitamkan ini…..?
Atas nama cinta, kita mengikuti kemauan pasangan (atau kemauan sendiri?) untuk ‘bercinta’ sebelum waktu sah dan halalnya.
Atas nama cinta, kita melegalkan hubungan yang berbeda prinsip keimanan.
Atas nama cinta, kita mengkhianati pasangan sah kita dengan berbagai kadarnya, entah ringan, entah tak termaafkan.
Dan lalu, semua dilakukan demi mencari pembenarannya. Mendaki pohon pinang, meloncat2 dengan karung goni kesana kemari, mengarungi lapangan yg luas bolak-balik dengan kelereng di sendok….. *napa jadi lomba 17 Agustusan yak?*
Yang paling parah, tentu adalah menekuk2 ayat Qur’an demi mendapatkan pembenaran itu.
Nafsu yang berkedok cinta itu, sesungguhnya hanyalah ujian.
Apa lah tandingannya di dunia ini selain cinta orangtua terhadap anaknya? Sedang cinta yang paling suci itu saja tetap Nabi Ibrahim ‘korbankan’ dan memilih mempersembahkan Ismail, anaknya, kepada Tuhan yang memintanya.
Bagaimana dengan kita? Cuma cinta picisan dengan lawan jenis? Lalu kita mau mengorbankan ajaran2 Tuhan dalam agama kita?
Seharusnya kita malu. Sungguh.
* * *
Seorang teman kantor dengan pemahaman ilmu agama yang jauh lebih baik dari saya pernah membungkus semua tulisan di atas dalam kalimat ini;
Dahulukan tengok apa yang dikatakan agamamu, baru kemudian sesuaikan nafsumu.
Jangan mendahulukan nafsu, baru kemudian mencari2 ayatnya. Karena niscaya kita akan memaksakan ayat2 itu agar sesuai dengan nafsu kita.
Nah, anak2, cucu, cicit, buyut….. ^_^ ini bukan dongeng sebelum tidur. Ini khusus untuk kalian, bukan untuk siapa2. Karena....
Orang pintar adalah orang yang belajar dari kesalahannya, dan
Orang bijak adalah orang yang belajar dari kesalahan orang lain.
Ah, udah persis nenek2lah gue ini…. hahahaaa…!!
Met tidur semua.
.
14 komentar:
Ini artikel yang mantap. Wasiat indah buat anak cucu kelak (dengan suara Katie Holmes), hehehe.
wah tengkyu-tengkyu dapet kuliah gratis yang inspiring nih XD
pikiran manusia tuh bisa berkembang dan berubah seiring bertambahnya usia. postingan ini dibikin berdasarkan pemikiran mba desy sekarang.
lucu juga kalo bayangin 10/15 tahun kedepan tau-tau mba desy dapet pengalaman hidup tertentu yang bikin mba desy jadi scientist sejati ato seniman freak. terus baca potingan lama ini dan bilang " ya ampun dulu gw cupu banget yak!! " hehehe
tapi semoga aja si mba desy ga berubah, itu cuma fantasi saya aja XD
tengkyu2 lagi, sy sebagai abg emg butuh bimbingan dr org yg JAUH lebih tua lol
mestinya kita memang harus punya pemahaman seperti ini, Islam tidak hanya difahami sebagai ritual dan seremonial saja, tapi Islam adalah minhajul hayah (way of life) mengatur seluruh aspek kehidupan kita (pola fikir kita, seni, sos, ek politik dsb). Tidak ada pemisahan antara kehidupan keagamaan dengan kehidupan yang lain (sekulerisme).
Tks sharingnya
Great post..
Bnr2 ngajak saya merenungkan lagi perjalanan hidup saya selama ini...
Luar biasa deh ...
Terima kasih ntuk tausiahnya.
Jangan menuhankan apapun selain dari TUHAN itu sendiri.
Kuseru selalu yang tak butuh seru
Kupinta selalu yang tak butuh pinta
Kusembah selalu yang tak butuh sembah
iya...silahkan....saya malah senang apa yang saya tulis bisa bermanfaat untuk orang lain....trims ya.....
@Newsoul:
part yg paling pentingnya ya suara Katie Holmes itu, yuk! *LOL*
@Giru:
berubah mah gak tabu, Ru, kalo berubahnya ke arah kebaikan. eniwei, kamu itu termasuk kategori cucu saya... :P jadi WAJIB JIB mengikuti nasehat2 ini!
@Sugeng:
yak, kita se-otak soal itu mas! saya prihatin kalo agama (islam) dianggap cuma sebagai salah satu sub dalam hidup. waaahh, ngaco ituuu....
.
@Isna:
makasih ya Is... :)smoga bermanfaat
@Soultan:
dikasih bonus puisi yg mantap pula' dari si Abang ^,^
@Adit:
sudah saya copas, mas. trims yah!
Artikel pencerahan yg sangat membuka hati....btw moga-moga koment saya juga terbaca ama generasi selanjut dan sudi mau singgah ke tempat saya..he..he..
Tamat bacanyaaaa!!!!!!
Panjang ya...
(halah, komentar ga guna)
BAGUS BANGET ini postingan...ToP ASLI....!
aaaaaaaaahhhh..bagusnya tulisan ini...okeh,soal jangan menuhankan cinta...i`m totally agree!
lagian...gue pernah denger,"kalo di padang mahsyar nanti...setiap orang..akan bersama apa yang mereka cintai semasa hidupnya.."
alangkah ruginya..kalo nanti di padang mahsyar gue malah ditemenin bob sadino...hehehhe...bisa bantu apa dia?lawong dia aja lagi repot mungkin sama urusannya... :)
dan soal menuhankan sains...mmhhhh..sama ga sih maksud lo sama mereka yg memilih untuk atheis(tidak percaya adanya tuhan)?
kalo kata bokap gue..."bilang aja sama mereka yang atheis,kalo mereka ga percaya sama Tuhan..jangan hirup udara milik Tuhan ini.numpang aja belagu"
hehehhe... love this post deh pokonya.. :)
Yaaah mba,tetep aja cicit buyutnya ngebayangin katie holmesnya yang versi tua, secara mereka juga gak pernah liat katie holmes lagi muda wa kak kak kak
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
ijin mampir dan ijin koment.
walaupun koment yang ga berguna.
cuma koment nice share dan great posting.
tapi memang bener2 nice dan great banget postingannya...
thanks y nek udah share tentang pengalaman dan pemikirannya yang sangat bermanfaat ini, hehe :D
wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Posting Komentar