23 Jan 2010

Fatwa agaaiiinnn....??!


Punya utang cerita lanjutan tentang JK di sadel ojek :(  Padahal dah nggak mood nulis tentang itu lagi, tapi takut ditimpuk sama Giru.... huk huk huuukk, so gini aja deh Ru, intinya akhirnya gue menemukan jodoh gue dalam bidang perojekan. Namanya Pak Wadino, mukanya miriiiippp banget sama Jusuf Kalla. Detil ceritanya lo ngayal aja ndiri yah.... apalagi JK kan idola lo, so gue jamin fantasi lo akan lebih terpenuhi kalo lo berimajinasi sendiri, tapi jangan pervert ya, Ru? Pliiisss?

Dan atas dasar memenuhi pertanyaan lo juga, akhirnya gue nulis tema tentang fatwa yg nongol baru2 ini. Usul dari santri2 di Jatim agar MUI memfatwakan haram bagi foto pre-wed, rebonding rambut, dan profesi ojek perempuan. Yang menong gue pernah melakukan tiga2nya! *Emang bukan gue yg ngojek, tapi gue jadi penumpang ojek, sama aja kan?*



Fatwa itu apa sih? Kalo menurut pemahaman gue yg bego ini, fatwa diluncurkan saat ada situasi2 yg membutuhkan keputusan dari para ulama / imam di masyarakat tsb, karena situasi itu mungkin belum ditemui saat jaman Rasulullah dulu.

Tapi kenyataannya, kebanyakan fatwa gue temui justru hanya memperinci dari aturan yg sebenarnya sudah ada.

Kalo soal rebonding/pelurusan rambut diharamkan? Alasannya karena kalo udah direbonding nanti, para cewek cenderung jadi ingin memamerkannya ke orang banyak termasuk yg bukan muhrim. Hey, ada nggak sih kejadiannya seorang cewek yg lepas jibab hanya karena abis rebonding rambut? Kalopun tu cewek yg rebondingan rambutnya terumbar, pasti karena sejak awal dia memang nggak jilbaban. So, mo dia rebonding atau enggak, ya nggak ada hubungannya kan....? Emang dasarnya dia nggak pake jilbab kok. Kenapa yg diributin rebondingnya? Kalo gue rebonding tapi yg liat cuma muhrim gue doang (secara gue pake jilbab) apakah tetap diharamkan? See? It's not essencial.

Rebonding itu sifatnya cuma temporer, tidak permanen. Beda dengan bedah plastik misalnya. Jadi alasan 'tidak menerima pemberian Tuhan apa adanya' itu pun tidak bisa diterima. Rasulullah saja mewarnai rambutnya dengan henna kok (yg mana sifatnya juga temporer), apakah beliau bisa dikategorikan tidak-menerima-bla-bla-blah itu tadi?

Dan kalo kita mo bahas soal jilbab, meskipun kita akui bersama bahwa berjilbab itu diwajibkan bagi perempuan muslim setelah mencapai masa baligh, mari kita memandangnya sebagai sebuah proses yg pencapaiannya berbeda-beda bagi tiap pribadi. Mungkin buat kamu hari ini, mungkin buat dia tahun depan, mungkin buat yg lainnya 10 tahun lagi....

Kita tidak bisa memaksa pengertian dan pelaksanaan dalam perintah agama itu sama dan seketika bagi tiap orang. Mungkin lebih baik kalau kita saling 'menyentuh hati' dengan cara yg lebih menyejukkan ketimbang ujug2 memfatwakan haram ini itu.


Tentang foto pre-wed?




___cihuuuy, jadi kesempatan majang foto pre-wed dulu di sini. 
3 ajalah, kalo seratus2nya ntar digampar___

Same old, same old. Jangan terlalu mengerucut. Bukankah aturan basicnya sudah ada? Yang dilarang itu percampuran non-muhrim toh? Hukumnya di Islam sudah jelas toh? Apakah masih membutuhkan fatwa? Dimana urgensinya?

Kalau memang begitu, kenapa foto prewed yang dihebohkan larangannya? Karena ia sedang populer sehingga lebih menarik untuk difatwakan sebagaimana pelarangan Facebook dan menonton film 2012 dulu? Kalau foto prewed dianggap maksiat yg dipublikasikan, lalu para artis vidio klip, sinetron, dan film yang bermesra-mesraan bahkan kadang hingga beradegan cabul itu........ ???? Mereka sudah ada sejak jaman dulu lho :) Nggak keliatan ya?

Bapak-bapak dan ibu-ibu ulama, capek loh kalo satu persatu hal dalam hidup ini mesti difatwakan. Pensil juga bisa difatwa haram kalo dipake buat nyolok mata orang. Gelas juga bisa difatwakan haram kalo saya pecahin di jidatnya Giru, hihihi. Tiap hal dalam hidup ini bisa dijadikan sarana berbuat baik dan berbuat jelek, aturan agama sudah jelas, dan pilihan di tangan kita. Untuk aturan yang sudah jelas ada di Qur'an dan Hadits, sentuhan kalian melalui syi'ar yang lebih dibutuhkan dibanding boros fatwa.

Tentang ojek perempuan? *Giru, pasang mata kamu baik2!* (jadi berasa eksistensi ini blog hanya untuk Giru seorang nih, hwehehehee...). Apa bedanya ojek perempuan dan ojek laki2? Kalo ojek perempuan takutnya dempet2an sama penumpangnya laki2 yg bukan muhrim, bukankah ojek laki2 juga bisa dempet2an sama penumpang perempuan yg bukan muhrim juga? Dari sisi itu gue melihat ada diskriminasi, padahal kasus yg dihadapi sama.

Kalo yg dikhawatirkan karena perempuan lebih rentan untuk menjadi objek kejahatan dan kekerasan, gue masih setuju. Itupun tidak perlu fatwa, tapi lebih kepada himbauan saja. Karena periuk nasi orang siapa yang tahu? Mungkin dia terpaksa mencari nafkah dengan jalan itu karena itu satu2nya cara agar masih bisa beli beras esok hari?

Kalo mau diarahkan mungkin lebih baik dihimbau agar ojek perempuan mengangkut penumpang perempuan saja. Itu lebih bijak ketimbang melarang tanpa memberi alternatif solusi.

Jujur, saya pribadi terpaksa naik ojek yang mirip2 JK itu justru karena tidak ada pilihan ojek yang mirip Megawati, eh yang perempuan maksud saya. Pilihan terbaik dari situasi saya saat ini adalah naik ojek, tapi karena adanya ojek cowok melulu, itu di luar kuasa saya, so saya memilih yg terbaik dari yang ada saja.

"Haruskah naik ojek yg dempet2an sama lawan jenis bukan muhrim?" Begitu mungkin tanya para ulama dengan inosennya. Dan dengan mata berkaca2 saya menjawab: Memang mestinya naik apa? Bis? Bis juga dempet2an sama yg bukan muhrim. Taxi? Bapak/ibu mau ngongkosin saya tiap hari? Pake mobil/motor sendiri? Bapak/ibu mau beliin saya mobil Jaguar? Motor Harley?

Ah enggak deh, untuk mobilitas ngantor di Jakarta, naik motor (dan yg biasa2 aja) lebih pas buat gue. its..... Practical. Faster. Cheaper.

___Gembul & Gembil hanya bisa dempet2an di pagi hari :' ( ___

Tidak semua masalah dalam hidup bisa selesai hanya dengan menyabdakan fatwa.


Kalo saya punya kesempatan untuk bertanya pada para ulama, maka inilah dia : "Kenapa kalian nggak pernah merasa gatel2 ya melihat banyaknya kaum muslim yang berebut tahi kerbau pada perayaan 1 syuro yang menurut mereka demi mendapatkan berkah untuk kehidupan yang lebih baik? (mo diapain ya tu kotoran? disembah begitu nyampe rumah? apa dimandiin tiap pagi? apa dijadiin sambel?) Sementara kemusyrikan adalah dosa yang paling utama dalam Islam."


Duhai para ulama, dengan segenap hormat, mohon  urus si semut di seberang lautan nanti saja, setelah gajah yang di pelupuk mata ini berhasil kalian jinakkan.









ps: sebenarnya saya enggaaannn... sekali masukin foto2 pribadi, saya paling ga suka diekspos sih orangnya *blushing* ini semata2 ilustrasi untuk membantu kalian semakin memahami isi postingan saya ajjahh.... eheuheuheuuu....

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

19 komentar:

Si_Isna mengatakan...

cuma satu hal yang bisa saya sampaikan :

DUKUNG DESY...!!! :D

Gilang Wicaksono mengatakan...

yah baguslah kalo eksistensi blog ini buat saya wkwkwk ^0^

setuju deh ama mba desy kalo tiap detil kehidupan dibikin fatwa malah bikin orang awam jadi bingung makna dari fatwa itu sendiri, n kewibawaan MUI juga bisa jatuh soalnya masyarakat nganggap mereka setipe ama artis2 yg cari sensasi X(

perasaan beberapa tahun yg lalu fatwa2 MUI ga keluar seboros sekarang ya? apa ada faktor pergantian kepengurusan gitu ya? (emang ada kepengurusannya? *bego*)

btw helm nya pak asmara bagus tuh, kaya'nya mahal, agepe punya XD

ellysuryani mengatakan...

Hehehe. kalau gak sering mengeluarkan fatwa tentang yang seperti itu, siapa yang menoleh mereka des. Mereka kan pengen eksis juga di jagad ini. Maaf saya juga sedang merasa jengah dengan fatwa-fatwa ini.

Si_Isna mengatakan...

wihiii... foto yang paling bawah baru ditambah ya...
tadi malam belum ada tuh... hihii...

Tanti Kursyaf mengatakan...

selamaaat..postingan lo ini berhasil buat topik yang agak jlimet ini jadi ringaaaaaaaaan bangeeeet...hehhehe..gue post di twitter boleh ga tante? :) hihihihihi....
keren dan setubuh..eh setujuuuu...

Syifa Ahira mengatakan...

ooww.. ini toh yang namanya mba desi..
baru tau wajah aslinya sekarang :D

Kabasaran Soultan mengatakan...

Yang sabar ....
Mau fatwa apapun juga ...
Diikhlaskan saja ...
Bukankah fatwa tidak mengikat.

de asmara mengatakan...

wah selama ini udah keliwat sabar, bang, sama fatwa yg bertubi2. andai aja fatwa2 itu gak konyol, saya mah duduk manis aja deh. mslhnya beliau2 ini kan ulama, yg mestinya menuntun bukannya malah membuat bingung...

de asmara mengatakan...

@giru
mahal ru. terbukti udah kebanting berkali2 sama istrinya tapi masih eksis aja tu helm. tandanya helm mahal kan?

@newsoul
semoga tdk ada fatwa2 konyol susulan ya :0)

@isna
duh is jangan bocorin ke publik dong! itu saya tambahin keterangan tambahan di bawah postingan alesannya...

@tanti
boleh. royaltinya jangan lupa ^^

@syifa
hla kok malah fotonya yg dikomeng? & fyi, foto2 saya bertebaran kok di blog ini hihihi (gakmorugi.com)

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

saya tunggu yang lain dah...

apa ya saya cowo sendiri disini ?
*celingak-celinguk mode on

Poppus mengatakan...

Fatwa ini dikeluarkan sama forum pesantren putri di jatim kan. Makanya pas banget waktu aku angkat ini jadi tema siaran dan respon yang masuk luar biasa, lebih banyak yang bilang apa-apain siiih para ulama ini. Gak ada kerjaan yaaa, dan ya, saya setuju soal diskriminasi. Baca alesan fatwa itu di koran, kok semua lebih mengarah pada bahwa perempuan itu sumber terjadinya perbuatan asusila.

bingkie mengatakan...

hahaha...saya juga jadi ketawa pas dibilangin foto pre-wed harom.lhaaaa.... suami saya kan juga motoin pre-wed lho. dan selama ini, insya Allah nggak ada kemaksiatan.
beberapa kali, kali yang mo foto pre-wed calon manten perempuannya kerudungan, saya ikut ndampingin suami. jaga2 kalo dia butuh sesuatu, tapi mungkin jengah sama suami saya :)
toh foto pre-wed juga bisa jadi sangat bagus walo tanpa bersentuhan ato berpose kelewat mesra.
contohnya ya fotonya neng desy diatas, hehehehe :)

dunia polar mengatakan...

emang ada yah mbak yg brebut tahi kerbau? hahaha... krg krjaan bgt, tp biasanya yg gt gt tuh cz uda mnjadi adat.
btw fotonya lucu bgt :D
yah mungkin aj mreka2 tuh cari sensasi biar lbh beken ato apaaa gt,hehehe...
tp walopun gt sbnarnya tujuan mreka baik kok wlpn yah sdikit aneh ato g masuk akal.

Thariq mengatakan...

hmmmm sami'na wa atho'na...

Puwi mengatakan...

dukung desy juga :)
gw kan belom prewed des...hihihi :)
jgn sampe tuh fotografer jd beralih profesi gara2 diharamkan :p

de asmara mengatakan...

@polar
ada Lar, dibahas di acara Sunah Rasul (yg host-nya orang bule itu lho). tu bule yg mualaf aja istighfar liatnya. adat sih terserah asal ga mengatasnamakan agama, lha itu mrk lakukan dlm rangka thn baru Islam & dg tujuan utk dapet berkah... oh my....

Unknown mengatakan...

Saya sepertinya berbeda pendapat dengan temen2 di atas:

Kita harus lihat tentang forum tersebut, yaitu ba'tsul masail yaitu semacam forum diskusi para kyai di pesantren untuk membahas hal-hal bersifat kekinian. Ini mungkin untuk menjembatani pemahaman ilmu fiqih dengan kondisi kekinian bisa dilihat di blog Gus Mus

Saya terus terang belum pernah baca hasil ba'tsul masail sebagaimana disebutkan di atas. Tetapi saya akan berfikir positif dengan yang dilakukan oleh para Kyai meskipun saya mungkin mempunyai pandangan berbeda dalam masalah fiqih. Saya menghargai dan salut dengan para ulama yang melakukan kajian dalam rangka menjelaskan kepada umatnya, karena ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Saya malah menduga bahwa pers yang memberitakan tentang ini hanyalah sepotong potong sehingga kita kemudian jadi ikut tidak setuju, padahal kalau kita baca secara utuh latar belakang dan solusinya kita mungkin akan setuju. Bukankah dalam dunia pers dikenal aksioma: "anjing menggigit manusia itu biasa, tapi manusia menggigit anjing baru berita", dengan prinsip ini pers hanya memberitakan sesuatu yang akan timbul reaksi sehingga menjadi berita. Sebagai contoh adalah fatwa tentang golput, sesungguhnya tidak ada judul fatwa tentang golput, yang ada adalah fatwa tentang memilih pemimpin. Dalam pembahasan memilih pemimpin dengan sistem demokrasi kemudian di situ ada poin tentang golput. Akhirnya orang ribut dan komentar kenapa sih ulama ngurusi masalah golput? emang nggak ada yang lainnya yang diurus? Begitu komentar latah dari kita2, padahal kita nggak baca fatwanya tapi sudah berani mencela Para Ulama yang merupakan benteng agama. Ya Alloh ampunilah dosa2 kami.

Kemudian masalah foto pre wedding, para ulama perlu berpendapat karena untuk mencegah agar foto pre wedding tidak menyimpang dari aturan dasar dalam islam misalnya masalah menutup aurat, calon pengantin putri dan putra adalah masih calon (dengan demikian masih berlaku kaidah2 yang berkaitan dengan orang yang bukan muhrim). (bahkan seandainya sudah jadi suami istripun kita tidak perlu mengumbar kemesraan yang berlebihan di depan umum). Ada solusi yang saya kira tidak melanggar syariat islam misalnya foto calon pengantin perempuan bersama bapak dan ibunya, sedangkan foto pengantin laki-laki foto bersama keluarga laki2. Ini sekalian mengenalkan masing2 keluarga kepada para penerima undangan.

Hal yang sama saya yakin juga ada solusinya misalnya masalah keriting rambut ataupun rebonding, juga masalah ojek

Jadi mari kita berfikir positif dan tidak reaktif sebelum kita memang memahami dan membaca hasil pemikiran Para Ulama.

Mohon maaf atas komentar saya, saya menyadari bahwa saya tidak punya kapasitas ilmu untuk membahasnya tetapi saya merasa prihatin dan tidak rela kalau kita gampang latah untuk menghujat Para Ulama.

de asmara mengatakan...

trms mas sugeng atas pdptnya :) insya Allah sy tanggapi saat saya ada waktu ya,skrg lg libur dan cuma online pake hp nih

BrenciA KerenS mengatakan...

hmmm serba salah ya... maksudnya mungkin baik para ulama ini. Ingin mengembalikan nilai-nilai Islam yang lama ditinggalkan...

Hanya saja ketika fatwa ini disampaikan pada sesuatu yang sedang banyak digandrungi orang dan disampaikan dengan tidak utuh, tentu saja akan banyak penolakan darimana-mana apalagi kita hidup di negara yang sangat Pancasila sekali. Segala sesuatu bisa jadi hal yang luar biasa jika ditambahi bumbu2...

eniwe, buat saya...ngeklaim para ulama itu kurang kerjaan bisa saja, jika dilihat dari banyaknya masalah besar di negara ini yang mesti dipikirkan (bersama) dibanding hanya ojek, rebonding, atao prewed.
tapi jika kita berpikir lebih positif lagi, fatwa2 tersebut bisa kita lihat secara global... bahwa moral manusia Islam di dunia yang makin gendeng aja ini seharusnya bukan cuma urusan ulama aja tapi kita semua umat muslim. Dan untuk bisa seperti itu..yukk mareee kita perbaiki diri kita dulu dan perbanyak ilmu, (saya terutama).

tengkyu...

*gilee panjang komen ogut*

Posting Komentar