You've left a cute print on my heart

Tahun berapa dulu itu saat lo pertama kali masuk jadi anak magang? Sekitar 2005 atau 2006? Jujur, tepatnya gue lupa. Yang jelas, kita langsung klop... ibarat Tintin dan Snowy (tentu gue Tintinnya). Kemana pun gue pergi, lo selalu berlarian di sekitar gue sambil menggonggong. Aduh, maap, kebiasaan becanda geblek sama lo nih, mestinya ini jadi postingan mellow.

Baiklah, ayo semuanya siapin Insto, siapa tau gue gagal membuat kalian ikut merasakan kesedihan gue melalui tulisan ini. Padahal sungguh, gue sangat2 sedih, hati gue bagai tersayat sembilu (sembilu itu apa ya?), POKOKNYA PERCAYALAH GUE SEDANG SEDIH!!!! SIAPA YANG GAK PERCAYA ATO GAK NANGIS BACA POSTINGAN INI GUE BACOK!!

*matiin capslock, kembali pasang wajah sendu*

Seorang Helen yang sebegitu gothic-nya aja notice akan kecocokan kita, meski memang ga ada hubungannya antara gothic sama nyadar soal beginian, ini kalimat apa sih?? Ya, Helen suka terheran2 akan betapa klopnya elo dan gue hanya dalam waktu jentikan jari. Klik. Itu bunyi jentikan jari, sekaligus kata untuk menggambarkan betapa kita klik, seperti lagunya Ussy. Should I sing it, people? Should I? No? Okey, next concert maybe...


3 bulan waktu magang lo berlalu tanpa terasa. Singkat banget keberadaan kita yang selalu aja cekikikan dan cekakakan untuk segala hal (and mostly untuk hal2 yang ga penting), tapi lo udah membuat ruang graphic lebih cerah buat gue setiap hari (demi Tuhan gue nangis saat nulis kalimat ini...). Saat lo harus mengakhiri masa magang, di hari terakhir gue anter lo sampe ke bawah. Kita duduk2 dulu sebentar berdua di bangku tukang somay. Tanpa memesan somay, tanpa memedulikan pandangan abang somaynya yang jutek, kita duduk di situ ngobrol2 dikit, lalu terdiam saat lo udah mesti cabut.

Gue memandang lo dengan sedih. Gue ingin nangis, tapi gue tahan karena malu dan takut dianggap lebay. Gue ingin meluk lo, tapi gue takut lo refleks berontak sambil tereak "HEEELPPP..... HEEEELLPPP...!!!!". Akhirnya gue hanya bisa ngangguk saat lo bilang mesti pergi. Gue memandang lo melangkah menjauh.

Sekian tahun berlalu. Salah satu hal yang selalu gue 'perjuangkan' di kantor, adalah merayu bos2 gue untuk menarik lo lagi, masuk sebagai karyawan. Dan ketika akhirnya lo lulus kuliah, permintaan itu dikabulkan. Demi Tuhan, gue senaaangg....sekali! Tahun berapa itu lo masuk jadi karyawan? 2008?

Dan Diah yang tadinya udah keluar, masuk lagi nyaris bersamaan waktunya dengan lo. Duh, senengnya, sahabat2 gue kumpul lagi di sini. Dan ga lama kemudian Tanti juga masuk jadi anak baru yang centil..... gue bener2 merasa dikelilingi peri2 yang lucu, hehehe, jarang2 kan gue jujur muji kalian?

Kenapa gue menggambarkan seperti itu? Karena di saat ter-bete pun, saat langkah gue berat menapaki anak tangga menuju ruangan karena entah masalah2 yang ada di pikiran gue, tapi begitu gue buka pintu ruangan Graphic, dan melihat hari itu gue satu shift dengan salah satu atau lebih di antara kalian, .......... seakan2 seluruh beban pikiran gue luruh di depan pintu, tidak berhasil ikut masuk, lalu beban pikiran itu menggelundung jatuh di anak tangga, dan menghilang entah kemana. Yang ada, buat gue hari itu seketika berwarna-warni. Ya, karena kalian.

Saat Diah akhirnya mesti cabut lagi, buat gue itu udah berat banget. Dan sekarang, lo juga mo cabut...? How could you?

Memang gue tau sistem shift yang acakadul ini berat banget buat dijalani. Terutama shift 3-nya. Dan sebagai orang yang obyektif, gue akan memberi saran untuk keluar secepatnya. Toh lo belom punya tanggungan apapun, ga ada yang memberatkan lo untuk mesti ngotot bertahan di sini. Apalagi bisnis handmade lo lebih menjanjikan.

Tapi sebagai seorang teman yang egois, gue ingin lo tetap di sini. Setidaknya, tunggulah sampai gue keluar tahun depan. Bertahanlah satu tahun lagi saja. Ya gue tau, itu permintaan yang sangat sangat egois. Maka jangan lo dengarkan. Gue cuma ingin lo tau, itu yang sejujurnya gue inginkan.

Graphic will never be the same again without you. Nggak ada lagi cekikikan kita bertiga: gue, elo, dan Tanti.... yang selalu bergema di tiap sudut Metro. Di ruangan Graphic, di pojok luar ruang virtual, di kafe, di toilet..... yang pasti, nama lo akan menghilang dari cerita2 gue di blog ini. Hmmm, sadarkah lo, kalo nama lo dan Tanti adalah nama yang paling banyak menghiasi cerita2 gue sebagai pemeran figuran di berbagai sudut blog Asmara?

I'm surely gonna miss you.Terimakasih selalu tertawa untuk hal2 yang bahkan buat orang lain gak ngerti dimana letak lucunya cerita gue  (entah selera humor kita sama, entah lo memang rada-rada....) Terimakasih sudah mau saling berbagi cerita2 kita yang paling pribadi.

I'm surely gonna miss you.  Terimakasih untuk kado2 yang lo beri ke Kalum, dia akan selalu mengenang lo sebagai finger puppet, karena sampe sekarang pun kalo mo maen finger puppet dia selalu bertanya "Tante Puwi mana? Mo maen tante puwi..." hihihi. Biar berkali2 dikasitau nama yang bener, dia tetep menyebut itu sebagai 'tante puwi'.

I'm surely gonna miss you. Terimakasih sudah sengaja menyempilkan 2 hari terakhir untuk masuk bareng gue, tanggal 25 dan 26 nanti. Ya, seharusnya lo cuti panjang dan langsung disambung dengan berhenti total, tapi ternyata lo sengaja menyisakan 2 hari terakhir itu karena kita barengan shiftnya. Semoga hari itu Tanti juga masuk yah....

SMS lo tengah malem buta itu, yang baru gue baca subuh2nya pas bangun buat sholat subuh, udah berhasil bikin gue nangis dalam keadaan ngantuk. Gue seperti baru tersadar kalo lo bener2 akan keluar. Buat orang mungkin ini hiperbol banget. Tapi gue sangat jarang bisa dekat dengan orang secara hati. So, saat momen2 yang langka itu berhasil gue dapatkan, dan lalu gue terpaksa mesti lepasin itu....... ya, keluarlah aslinya gue yang cengeng, yang super duper melankolik. Bayangin aja, waktu lo magang cuma 3 bulan aja gue sedih banget lo cabut, apalagi sekarang? Dan nampaknya kali ini gue gak bakal bisa ngerayu2 siapa2 lagi untuk bisa bikin lo balik lagi ke sini.....

You'll be missed, Pur. See ya on our last couple days as office partners.

.

Related Posts by Categories

Widget by Hoctro | Jack Book