Pagi ini perjalanan kami ke kantor terhambat di perempatan lampu merah Joglo. Padahal si lampu merah, tidaklah merah. Dia sudah menyalakan warna hijaunya yang berarti bagian kami sudah boleh (bahkan HARUS!) jalan. Tapi antrian kendaraan sama sekali nggak bergerak. Gampang ketebak, biang keroknya pasti si Bis Kopaja 609!
Bagi kebanyakan sopir 609, merah berarti jalan, hijau justru berhenti. BRAVO!
Kalau merah, mereka buru2 & memaksa nyelonong, gak peduli kendaraan2 lain dari silang yg lain, dg maksud mereka bisa 'mencuri waktu', agar 609 lain di belakang yg tertahan oleh si lampu merah tertinggal di belakang, hingga 609 pertama tadi bisa menyapu bersih calon penumpang di depan.
Sedang kalo lampu hijau, mereka biasa 'nahan' (itu istilah yg biasa mereka pakai), maksudnya biar 609 yg di depan jauh dulu, jadi kemungkinan calon penumpang yg baru sudah ada lagi.
Sedangkan di daerah rumah gue, yg namanya angkot S-10, hobi bener tuh nge-tem di belokan jalan. Bikin macet gila2an!! Dan kalo diklakson sama kendaraan2 lain, mereka tetep cuek, kadang sambil nyabutin bulu idung pake koin. Atau yg lebih nyebelin, sang sopir teriak ke yg nglakson, "IYA DEEEHH, YANG ORANG KAYAAAA...!!!" Gilingan, kan?
Memikirkan isi dompetnya sendiri.
Mereka nggak peduli apakah orang2 dalam kendaraan lain juga punya urusan yg gak kalah pentingnya. Mungkin ada yg memburu waktu ke kantor yg jika telat sedikit aja uang gajinya bisa dipotong, mungkin ada yg memburu waktu karena anggota keluarganya ada yg sakit, mungkin ada yg memburu waktu karena istri di sebelahnya mau melahirkan....... apa mereka peduli??
Tidak. Buat mereka, urusan merekalah yg lebih penting. Dan hobi mereka mengeluarkan kalimat sarkastik, "Kami ini orang miskin......"
Seolah dg kemiskinan mereka itu mereka berhak & bebas berbuat apa pun sekehendak hati, & urusan orang lain (yg dg penuh dengkinya mereka pandang 'pasti lebih kaya dari gue') tidak perlu dipedulikan.
Apakah peraturan dlm hidup berwarganegara itu ada isi kata2 "...peraturan ini wajib dipatuhi kecuali buat yang miskin." ??? Dan sbnrnya tanpa ada kepentingan yg darurat dari para pengguna fasilitas umum yg lain pun, mereka ttp tidak berhak diperlakukan semena2 oleh para orang2 yg sombong dg kemiskinannya itu.
Apakah mereka pikir dg berbuat sekehendak hati & menyusahkan orang lain begitu mereka bisa mendapatkan rejeki yg lebih? Rejeki yg berkah?
Rasanya janji Tuhan sangat jelas & terbukti nyata. Berusaha saja dg sungguh2 di jalan yg benar, dan permudahlah urusan orang lain, insyaAllah rejeki yg kita dapat itu akan berkah, & Allah akan permudah pula segala urusan kita.
Jangan mengartikan hidup yg kaya itu bergelimang harta. Hidup yg kaya itu saat kita merasa bahagia & cukup dg segala yg kita miliki. Hidup yg kaya itu bukan mereka yg punya jumlah digit sampe gak keitung di rekening tabungannya, tapi mereka yg bisa 'memberi', apa pun itu bentuknya, termasuk kemudahan ke orang lain. & rejeki yg berkah itu adalah rejeki yg selalu mencukupi kebutuhan kita meskipun secara kasat mata kita tidak mandi uang.
Pas butuh pas ada, itu ajaibnya rejeki yg berkah. Daripada org yg banyak duit tapi gak cukup2 memenuhi segala kebutuhan...
Jadi nggak perlulah mengejar materi hingga mematikan rejeki & urusan orang lain. Apa bedanya kalian dg para koruptor yg berdasi itu?
Bedanya kalian miskin, tapi mental sama saja.
Jadi apa yg sepatutnya kalian sombongkan? Kemiskinan kalian? Mental kalian yg ternyata sama korupnya?
1 komentar:
dapatkan tips menjauhi sifat sombong
Posting Komentar